Bulan Agustus
biasanya bulan itu panas terik di daerah Jakarta Raya, hawa menyegatkarkan dan sangat
melemahkan badan. Pada saat itu Aisyah sangat gelisah karena suaminya dan
anaknya yang belum pulang karena sedang pergi, jadi hati Aisyah sangat kacau
balau dan tak karuan. Hingga jam 5 sore Aisyah menunggu suami dan anaknya tak
kunjung pulang. Dan akhirnya 1 jam kemudian Aisyah mendapat kabar yang tak enak
yaitu terjadi malapetaka terhadap anak dan suaminya yang kecelakaan, saat itu hati
Aisyah sangat kacau dan langsung pergi kerumah sakit melihat keadaan suaminya
dan anaknya yang sangat ia cintai, tapi ada sesuatu yang terjadi anaknya
kecelakaan dan sangat parah kondisinya.
Anaknya terpaksa
harus dioperasi, karena tidak memiliki biaya Aisyah pergi meminjam uang ke
Ibunya, tapi sayang Ibunya tidak mengasih sepersenpun uang itu buat operasi
anaknya, Aisyah bingung harus bagaimana lagi, dia coba meminjam ketetangganya
tapi tidak juga dapat sepersenpun uang. Akhirnya Aisyah memutuskan untuk
meminjam ke pak RT, dan pak RT mau meminjamkannya dengan satu syarat yaitu
dengan menjual tanah rumah yang ia miliki. Aisyah tidak punya pilihan dan
terpaksa, setelah itu semua biaya operasi anaknya sudah terurus dan setelah
anak dan suaminya sembuh mereka tidak dapat pulang kerumah karena rumah dan tanah
tersebut sudah tidak milik mereka lagi.
TOKO “USAHA KITA”
Dua ekor kuda
menarik gerobak dengan sekuat – kuat tulangnya, tergelincir kukunya dalam
lumpur yang licin di pekarangan sebuah rumah besar, lalu tersungkur lutut
kakinya yang sebelah dimuka ke tanah, kedua binatang itu pun tersimpuh, sedang
tukang gerobak itu menunduk menumpu bom dan berseru denganlengking.
Beberapa orang
laki – laki keluar dari dalam bangsal, berlari – lari ke tempat terdengar suara
itu, dua tiga orang tukang kayu yang tegap – tegap badannya, hanya bercelana
pendek dan berbaju kaus yang telah kotor.
Dan beberapa
tukang dan kuli yang menolong menolak itu pun kembali ke gerobak yang pertama,
papan yang belum berketam dipikulnya ke dalam bangsal, dan balok jati
diturunkannya serta digulingkannya ke pinggir pagar.
Setelah kosong
gerobak yang pertama itu, lalu dibongkarnya pula muatan gerobak yang kedua.
Dijendela rumah besar itu berdiri orang yang mempunyai bangsal itu sambil
mempelihatkan kuli – kuli. Ketika dilihatnya gerobak yang kedua itu hampir
kosong, ia pun turun kebawah.
Kedua surat itu
sudah ditanda tangani oleh mandor kepercayaannya itu dibawah ruang tanda sudah
terima. Bagus, katanya, dan surat itu pun diberikannya sehelai kepada tukang
gerobak, supaya dikembalikannya kepada firma yang mengirim kayu – kayu itu.
Meskipun upah gerobak mesti dibayar oleh firma itu sendiri, sebab sudah
dimasukkannya dalam rekening bagian ongkos – ongkos, tukang gerobak itu
diberinya juga uang barang kadarnya.
Manis dan riang,
kata Ahmad Salam pula, sambil memandang kearag pergi oto, yang barangkali sudah
tiba ditempat.
0 comments:
Post a Comment