.post img:hover { -moz-trnasform: scale(1.3) ; -webkit-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3) ; -ms-transform: scale(1.2) ; transform: scale(1.3) ;}

MALAPETAKA YANG NGERI

16:26 |





Bulan Agustus biasanya bulan itu panas terik di daerah Jakarta Raya, hawa menyegatkarkan dan sangat melemahkan badan. Pada saat itu Aisyah sangat gelisah karena suaminya dan anaknya yang belum pulang karena sedang pergi, jadi hati Aisyah sangat kacau balau dan tak karuan. Hingga jam 5 sore Aisyah menunggu suami dan anaknya tak kunjung pulang. Dan akhirnya 1 jam kemudian Aisyah mendapat kabar yang tak enak yaitu terjadi malapetaka terhadap anak dan suaminya yang kecelakaan, saat itu hati Aisyah sangat kacau dan langsung pergi kerumah sakit melihat keadaan suaminya dan anaknya yang sangat ia cintai, tapi ada sesuatu yang terjadi anaknya kecelakaan dan sangat parah kondisinya.

Anaknya terpaksa harus dioperasi, karena tidak memiliki biaya Aisyah pergi meminjam uang ke Ibunya, tapi sayang Ibunya tidak mengasih sepersenpun uang itu buat operasi anaknya, Aisyah bingung harus bagaimana lagi, dia coba meminjam ketetangganya tapi tidak juga dapat sepersenpun uang. Akhirnya Aisyah memutuskan untuk meminjam ke pak RT, dan pak RT mau meminjamkannya dengan satu syarat yaitu dengan menjual tanah rumah yang ia miliki. Aisyah tidak punya pilihan dan terpaksa, setelah itu semua biaya operasi anaknya sudah terurus dan setelah anak dan suaminya sembuh mereka tidak dapat pulang kerumah karena rumah dan tanah tersebut sudah tidak milik mereka lagi.


TOKO “USAHA KITA”

Dua ekor kuda menarik gerobak dengan sekuat – kuat tulangnya, tergelincir kukunya dalam lumpur yang licin di pekarangan sebuah rumah besar, lalu tersungkur lutut kakinya yang sebelah dimuka ke tanah, kedua binatang itu pun tersimpuh, sedang tukang gerobak itu menunduk menumpu bom dan berseru denganlengking.
Beberapa orang laki – laki keluar dari dalam bangsal, berlari – lari ke tempat terdengar suara itu, dua tiga orang tukang kayu yang tegap – tegap badannya, hanya bercelana pendek dan berbaju kaus yang telah kotor.
Dan beberapa tukang dan kuli yang menolong menolak itu pun kembali ke gerobak yang pertama, papan yang belum berketam dipikulnya ke dalam bangsal, dan balok jati diturunkannya serta digulingkannya ke pinggir pagar.
Setelah kosong gerobak yang pertama itu, lalu dibongkarnya pula muatan gerobak yang kedua. Dijendela rumah besar itu berdiri orang yang mempunyai bangsal itu sambil mempelihatkan kuli – kuli. Ketika dilihatnya gerobak yang kedua itu hampir kosong, ia pun turun kebawah.
Kedua surat itu sudah ditanda tangani oleh mandor kepercayaannya itu dibawah ruang tanda sudah terima. Bagus, katanya, dan surat itu pun diberikannya sehelai kepada tukang gerobak, supaya dikembalikannya kepada firma yang mengirim kayu – kayu itu. Meskipun upah gerobak mesti dibayar oleh firma itu sendiri, sebab sudah dimasukkannya dalam rekening bagian ongkos – ongkos, tukang gerobak itu diberinya juga uang barang kadarnya.
Manis dan riang, kata Ahmad Salam pula, sambil memandang kearag pergi oto, yang barangkali sudah tiba ditempat.

0 comments:

Post a Comment