KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah KIR ini dapat terselesaikan. Penulisan karya
ilmiah ini bertujuan untuk mengamati korosi pada besi. Selain itu juga untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan korosi .
Dengan
terselesaikannya karya ilmiah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang
bahan-bahan yang dapat timbulkan dan mempercepat terjadinya korosi (karat),
proses terjadinya korosi, kerugian serta cara mencegah terjadinya korosi. Oleh
karena itu, terselesaikannya KIR ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis
semata-mata. Namun, berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.
Kami
menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik
serta saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapakan demi
penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga KIR
ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca tentang faktor terjadinya korosi.
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA
PENGANTAR ………………………………………………………………....
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………...
ABSTRAK ……………………………………………………………………………..
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………………
1.1.Latar belakang ……………………………………………………………
1.2.rumusan masalah …………………………………………………………
1.3.Tujuan penelitian
…………………………………………………………
BAB II : KAJIAN TEORITIS ……………………………………………....................
2.1. korosi ………………………………………………………………………
Penyebab
korosi ……………………………………………………...........................
Proses
terjadinya korosi ………………………………………………………...........
Dampak dari
korosi ……………………………………………….............................
Mencegah
terjadinya korosi ……………………………………………….................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang masalah
Dalam bahasa
sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan.Karat adalah sebutan bagi korosi
pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir
semua logam. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang mengalami
korosi. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir
dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak logam dan
membahayakan.Oleh karena itu,dengan pentingnya mempelajari pencegahan korosi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya korosi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?
1. Bagaimana proses terjadinya korosi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?
1.3. Tujuan masalah
1. Mengetahui proses bagaimana terjadinya korosi.
2. Mengetahui penyebab terjadinya korosi.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. korosi
Korosi
merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa
teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di
udara.
Salah satu contoh korosi adalah yang
terjadi pada besi, atau biasa disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi
membentuk karat dengan rumus Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe)
bertindak sebagai preduksi dan Oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak
sebagai pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat :
Anode : Fe2+ + 2e-
→ Fe
Katode : 2H2O → O2 + 4H+ + 4e-
Karat
disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada logam akan
mempercepat proses pengaratan berikutnya.korosi adalah kerusakan atau degradasi
logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat.
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. nH2O, suatu zat padat
yang berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses elektro kimia.Pada
korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi. (Suroso, Asih, dkk.2011)
2.2. Penyebab korosi
Faktor yang
berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari
bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian
bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam
bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya.
Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban,
keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan
korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam,
baik dalam bentuk senyawa
maupunan-organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif keudara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mepercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta senyawaan-senyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Amoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara.
maupunan-organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif keudara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mepercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta senyawaan-senyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Amoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara.
( Purba, Michael.2007)
2.3. Proses Terjadinya Korosi
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam
yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang
kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum,
yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian,
korosi menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik,
yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam
(permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan
laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau
oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara
lembab.( Purba, Michale. 2007 )
2.4. Dampak dari korosi
Karatan adalah logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan
bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat.
Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam
saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat disebut
korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan
paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Korosi
merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung
dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan
sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi
merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya.
Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron dan lingkungannya sebagai
penerima elektron. Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion
dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi
reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap
elektro-elektron yang tertinggal pada logam. Dampak yang ditimbulkan korosi
sungguh luar biasa.
Dampak yang
ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan
atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya
aktifitas produksi
karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki bahan bakar atau jaringan pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panas, dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 500oC. ( Suroso, Asih, dkk.2011)
karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki bahan bakar atau jaringan pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panas, dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan korosi temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 500oC. ( Suroso, Asih, dkk.2011)
2.5. Mencegah terjadinya korosi
Prinsip sederhananya adalah ”menutup” jalan masuk dan
kontak antara permukaan besi dengan air dan udara. Caranya bisa bermacam-macam,
misal dengan cara pengecatan, dan melapisi besi dengan bahan lain misal chrom,
nekel (misal pada pelg roda sepeda kamu), penyepuhan atau galvanisasi. Ada juga
logam yang dibentuk dari campuran besi sedemikian rupa namun tetap kuat yang
disebut dengan STAINLESS STELL atau baja tahan karat, biasanya digunakan untuk
pisau, alat dapur atau alat-alat kedokteran/kesehatan. Cara lainnya adalah
dengan apa ayang disebut dengan PROTEKSI KATODIK, yaitu menlindungi benda
besi dari karat dengan menjadikannya benda itu sebagai KATODA, secara sederhana bisa dijelaskan bahwa sebatang besi akan lebih mudah terkena karat dibandingkan tembaga, maka dengan "menempelkan" besi pada sebuah tembaga, maka karat yang muncul akan "terserap" menuju besi, bukannya tembaga. Cara ini biasanya digunakan untuk jalur pipa yang panjang, menara tinggi, dan juga mulai dikembangkan dalam teknologi pencegah karat di kendaraan mobil. misalnya menara menara antena, terbuat dari besi kan. Lalu kenapa mereka tidak bisa berkarat? Itu disebabkan karena setiap beberapa waktu selalu di cat ulang, tidak menyisakan tempat bagi udara dan air bertemu dengan permukaan besi membentuk karat.
besi dari karat dengan menjadikannya benda itu sebagai KATODA, secara sederhana bisa dijelaskan bahwa sebatang besi akan lebih mudah terkena karat dibandingkan tembaga, maka dengan "menempelkan" besi pada sebuah tembaga, maka karat yang muncul akan "terserap" menuju besi, bukannya tembaga. Cara ini biasanya digunakan untuk jalur pipa yang panjang, menara tinggi, dan juga mulai dikembangkan dalam teknologi pencegah karat di kendaraan mobil. misalnya menara menara antena, terbuat dari besi kan. Lalu kenapa mereka tidak bisa berkarat? Itu disebabkan karena setiap beberapa waktu selalu di cat ulang, tidak menyisakan tempat bagi udara dan air bertemu dengan permukaan besi membentuk karat.
1. terbuka
No
|
Larutan
|
Hari
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1
|
Larutan
Asam
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Perubahan
mulai terlihat
|
Paku
sudah diselimuti karatan
|
Karatan
pada paku muncul ke permukaan larutan
|
Karatan
semakin banyak yang timbul di permukaan
|
Karatan
hanya di permukaan dan tidak menempel di paku
|
2
|
Air
masak
|
Sudah
nampak ada perubahan
|
Perubahan
semakin jelas
|
Paku
diselimuti karatan
|
Karatan
pada paku semakin banyak
|
Beberapa
karatan luntur
|
Karatan
semakin menyelimuti paku
|
Karatan
semakin menebal
|
3
|
Air
sumur
|
Sudah
nampak perubahan
|
Perubahan
semakin jelas
|
Paku
terlihat berkarat
|
Karatan
semakin banyak
|
Banyak
karatan luntur
|
Karatan
semakin menyelimuti paku
|
Karatan
pada paku makin menebal
|
4
|
Minyak
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
5
|
Tanpa
larutan
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Hanya
terlihat bintik-bintik karatan
|
Masih
terlihat bintik-bintik karatan
|
Hanya
ada titik karatan dan tidak tebal
|
2. tertutup
No
|
Larutan
|
Hari
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1
|
Larutan
Asam
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Agak
berubah
|
Karatan
sedikit demi sedikit ada
|
Karatan
muncul ke permukaan larutan
|
Hanya
sedikit terjadi karatan
|
2
|
Air
masak
|
Berubah
|
Paku
sudah terselimutik karatan
|
Karatan
padu paku semakin menebal
|
Beberapa
karatan luntur
|
Karatan
semakin tebal
|
Karatan
semakin tebal
|
Paku
menjadi berkarat
|
3
|
Air
sumur
|
Berubah
|
Paku
diselimuti karatan
|
Karatan
pada paku semakin menebal
|
Karatan
banyak luntur
|
Karatan
semakin tebal bada batang paku
|
Batang
paku berubah menjadi kecoklatan
|
Paku
menjadi berkarat
|
4
|
Minyak
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
5
|
Tanpa
larutan
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Belum
berubah
|
Hanya
ada bintik-bintik karatan
|
Hanya
ada bintik-bintik karatan
|
0 comments:
Post a Comment