Asal
Muasal Riau
Melayu Riau(Jawi:
ملايو رياو) adalah salah satu dari banyak Rumpun
Melayu yang ada di nusantara. Mereka berasal dari daerah Riau yang menyebar
di seluruh wilayah sampai ke pulau-pulau terkecil yang termasuk dalam wilayah
propinsi Riau dan kepulauan Riau. Wilayah kediaman mereka yang utama adalah di
daerah Riau kepulauan, sebagian besar di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan
wilayah Pekanbaru
yang merupakan kekuatan kerajaan Riau di masa lampau.
Provinsi
Riau, terletak di bagian tengah Pulau Sumatera. Sebelah Utara provinsi ini
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Selat
Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi
Jambi, sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera
Utara dan Sumatera Barat, dan di sebelah Timur berbatasan
dengan Laut Cina Selatan. Meskipun sebagian besar
penduduk Melayu Riau hidup di Pulau Sumatera, sebagian lain tinggal di
kepulauan. Dua pulau yang paling berkembang dalam gugusan pulau itu adalah
Pulau Batam dan
Pulau Bintan.
Bahasa
Melayu Riau adalah bagian dari rumpun Bahasa
Melayu. Bahasa Riau sendiri memiliki dua dialek, yakni dialek Melayu Riau Daratan
yang digunakan di Pulau Sumatera, dan dialek yang mereka gunakan di Kepulauan
Riau dan di daerah pesisir pantai. Sastra
Melayu Riau terekam dengan baik dalam pantun, syair, gurindam, hikayat,
karmina, seloka, puisi-puisi tradisional, peribahasa lokal, mantra-mantra, dan
kisah-kisah roman, serta bentuk-bentuk ekspresi lainnya yang mereka gunakan
untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Kesenian dan Kebudayaan Riau
Indonesia adalah negara kepulauan karean memiliki
banyak pulang yang membentang dari sabang sampai merauke. Karena banyaknya
pulau yang ada di Indonesia menyebabkan kebudayaan dan kesenian tiap daerah
berbeda pula. Riau adalah salah satu provinsi daerah yang berada di Indonesia
yang terletak di pulau Sumatra.
Kali ini saya akan mencoba untuk menerangkan dan
menjelaskan beberapa kebudayaan yang ada di daerah ini. Riau memiliki
kebudayaan dan kesenian yang khas dari daerahnya sendiri, kebudayaan yang ada
di Riau memiliki ciri khas sebagai kebudayaan melayu. Adat dan kebudayaan
melayu yang mengatur tingkah laku dan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal dan berasal dari daerah ini.
Kesenian dan Kebudayaan Riau
Berikut beberapa kebudayaan dan kesenian yang ada di
Riau :
Rumah Adat
Riau memiliki beberapa jenis rumah adat karena identik yang dimiliki oleh
daerah ini yaitu melayu, seperti : Balai Salaso Jatuh, Rumah Adat Salaso Jatuh
Kembar, Rumah Melayu Atap Limas, Rumah Melayu Lipat Kajang dan Rumah Melayu
Atap Lontik. Bentuk rumah tradisional daerah Riau pada umumnya adalah rumah
panggung yang berdiri diatas tiang dengan bangunan persegi panjang
Pakaian Adat
Baju untuk laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung
Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Selain Baju Kurung Cekak Musang,
busana pengantin laki-laki adalah kain samping bermotif serupa dengan celana
dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit
dua yang dikalungkan di leher, canggai
yang dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian depan, dan keris hulu
burung serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri. Sementara busana yang
dikenakan perempuan berbeda-beda, perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau
Kebaya Pendek. Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga.
Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh
atau Baju Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding
adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
Senjata
Tradisional
Seperti daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, Riau
pun memiliki senjata tradisional dari daerah tersebut. Senjata tersebut bernama
Tumbuk Lada, alat ini biasanya digunakan untuk peretempuran. Tumbuk lada memiliki beberapa bentuk
diantaranya adalah bilah senjata tumbuk lada berbentuk badik seperti badik
sulawesi akan tetapi yang membedakan adalah bentuk sarungnya. Selain itu,
ujung pangkal sarung senjata tumbuk lada berbentuk bundar yang dihiasi dengan
ukiran yang dipahat. Lapisan pada sarung Tumbuk Lada adalah lapisan kepingan
perak yang diukir dengan pola yang rumit
Tari
Tradisional
Riau pun memiliki kesenian tari tradisional seperti
tari tandak. Tari Tandak biasanya di pertunjukkan pada malam hari, tarian ini
diawali dengan semua peserta tari tandak membentuk sebuah lingkaran dan saling
berpegangan pundak setiap peserta, dan berjalan sambil mengangkat kaki dan
menghentakannya ke tanah. Tarian ini bertujuan agar pemuda dan pemudi mempunyai
kesempatan untuk bertemu. Tari Tandak menjadi media silaturahmi tempat
bertemunya antara pemuda dan pemudi antar kampung. Banyak pasangan suami istri
yang bermula dari pertemuan acara tari Tandak ini namun ada pula yang kisah
cintanya tidak direstui pihak keluarga
Alat Musik
Tradisional
Rebana Ubi
Rebana ubi digunakan sebagai alat komunikasi sederhana
pada zaman itu karena bunyinya yang cukup keras. Jumlah pukulan pada rebana ubi
memiliki makna tersendiri yang telah dipahami oleh masyarakt saat itu
Kordeon
Kordeon adalah
alat musik yang berasal dari Riau. Alat musik ini bisa dimainkan dengan cara
dipompa. Alat musik ini termasuk sulit untuk dimainkan. Tidak banyak yang dapat
memainkannya.
Makanan Khas
Riau
Riau memiliki makanan khas yang banyak disukai oleh wisatawan lokal maupun
wisatawan manca negara yang berkunjung ke daerah ini. Makan khasnya seperti
Bolu Kemojo, Lempuk Durian, Es Laksamana Mengamuk, Roti Jala, Kue Bangkit dan
masih banyak yang lain
Diatas merupakan beberapa kesenian dan kebudayaan yang
saya sebutkan yang ada di daerah Riau. Masih banyak kesenian dan kebudayaan
yang ada di daerah tersebut. Untuk mengetahui kesenian dan kebudayaan yang lain
bisa kita cari dengan membrowsing internet. Dengan kemajuan teknologi yang
makin mutahir, informasi apapun yang kita cari dengan sekejab akan tertemu
dengan cepat. Dengan mengetahui kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia
bisa menimbulkan rasa cinta dan bangga akan negri kita ini, karena keaneka
ragaman yang ada di negara ini yang membuat kagum. Dan sebagai seorang penerus
bangsa yang baik alangkah baiknya kita menjaga dan melestarikan kesenian dan
kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu agar kesenian dan kebudayaan
tersebut tidak punah di makan oleh jaman yang makin lama makin maju.
Letak riau
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia
yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera.
Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau
Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat
Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan
Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam
dan Pulau
Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura.
Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota
dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru.
Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi,
Bengkalis,
Bangkinang
dan Rengat.
Riau
saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya
didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi,
gas alam, karet, kelapa
sawit dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah
mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33%
pada 2005.[6]
Rata-rata 160,000 hektare hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%,
atau 2,45 juta hektare pada tahun 2009.[7] Deforestasi
dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas telah
menyebabkan kabut
asap yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun-tahun, dan
menjalar ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Masa kolonial Belanda
Lukisan pesisir Riau oleh seorang pelukis Belanda,
sekitar tahun 1850.
Invasi Belanda yang agresif ke
pantai timur Sumatera tidak dapat dihadang oleh Siak. Belanda mempersempit
wilayah kedaulatan Siak, dengan mendirikan Keresidenan Riau (Residentie
Riouw) di bawah pemerintahan Hindia-Belanda yang berkedudukan di Tanjung Pinang.[20] Para sultan Siak tidak dapat
berbuat apa-apa karena mereka telah terikat perjanjian dengan Belanda.
Kondisi dan sumber daya alam
Geografi
Luas wilayah
provinsi Riau adalah 87.023,66 km², yang membentang dari lereng Bukit
Barisan hingga Selat Malaka. Riau memiliki iklim tropis basah dengan
rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta
rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.
Sumber daya alam
Provinsi
ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut bumi,
berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun hasil hutan dan perkebunannya.
Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, secara bertahap mulai diterapkan
sistem bagi hasil atau perimbangan keuangan antara pusat dengan daerah. Aturan
baru ini memberi batasan tegas mengenai kewajiban penanam modal, pemanfaatan
sumber daya, dan bagi hasil dengan lingkungan sekitar.
Kependudukan
Jumlah
penduduk provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau
tahun 2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 903.902 jiwa,
sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti yakni
sebesar 176.371 jiwa.
Suku Bangsa
Penduduk
provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Suku Melayu
merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk
Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai,
Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan
Inderagiri Hilir. Suku bangsa lainnya yaitu Jawa
(25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak
(7,31%), Banjar
(3,78%), Tionghoa
(3,72%), dan Bugis (2,27%). Ada juga masyarakat asli Riau bersuku
rumpun Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar,
Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di
Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau
ataupun Batak.[35]
Abad
ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis
dari Sulawesi Selatan, juga mulai berdatangan ke Riau.
Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri Hilir khususnya Tembilahan.[36] Di
bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun 1940-an di Rumbai,
Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk mengadu nasib
di Riau.
Suku
Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran.
Sementara etnis Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan
banyak bermukim pada kawasan perkotaan seperti Pekanbaru, Bangkinang,
Duri, dan Dumai. Begitu juga
orang Tionghoa pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi
pedagang dan bermukim khususnya di Pekanbaru, serta banyak juga terdapat pada
kawasan pesisir timur seperti di Bagansiapiapi,
Selatpanjang,
Pulau
Rupat dan Bengkalis.
Selain
itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di
pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai,
Suku Akit,
Suku Talang Mamak, dan Suku Laut.
Bahasa
Bahasa
pengantar masyarakat provinsi Riau pada umumnya menggunakan Bahasa
Melayu dan Bahasa Indonesia. Bahasa Melayu umumnya digunakan
di daerah-daerah pesisir seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, Pelalawan,
Siak, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan di sekitar pulau-pulau. Bahasa
Minang secara luas juga digunakan oleh penduduk di provinsi ini, terutama
oleh para oleh penduduk asli di daerah Kampar, Kuantan Singingi, dan Rokan Hulu
yang berbudaya serumpun Minang serta para pendatang asal Sumatera Barat. Selain
itu Bahasa
Hokkien juga masih banyak digunakan di kalangan masyarakat Tionghoa,
terutama yang bermukim di Pekanbaru, Selatpanjang,
Bengkalis,
dan Bagansiapiapi[butuh rujukan].
Dalam skala yang cukup besar juga didapati penutur Bahasa Jawa yang digunakan
oleh keturunan para pendatang asal Jawa yang telah bermukim di Riau sejak masa
penjajahan dahulu, serta oleh para transmigran dari Pulau Jawa pada masa
setelah kemerdekaan. Di samping itu juga banyak penutur Bahasa Batak di
kalangan pendatang dari Provinsi Sumatera Utara.[butuh rujukan]
Agama
Dilihat
dari komposisi penduduk provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar
belakang sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan
aset bagi daerah Riau sendiri. Agama-agama yang dianut penduduk provinsi ini
sangat beragam, diantaranya Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Berbagai
sarana dan prasarana peribadatan bagi masyarakat Riau sudah terdapat di
provinsi ini, seperti Mesjid Agung An-nur (Mesjid Raya di Pekanbaru), Masjid
Agung Pasir Pengaraian, dan Masjid Raya Rengat bagi umat muslim. Bagi umat
Katolik/Protestan diantaranya terdapat Gereja Santa Maria A Fatima, Gereja HKBP
di Pekanbaru, GBI Dumai, Gereja Kalam Kudus di Selatpanjang, Gereja Katolik
Santo Petrus dan Paulus di Bagansiapiapi, Gereja Methodist (Jemaat Wesley) di
Bagansiapiapi.[butuh rujukan]
Bagi umat Buddha/Tridarma ada Vihara Dharma Loka dan Vihara Cetia Tri Ratna di
Pekanbaru, Vihara Sejahtera Sakti di Selatpanjang, Kelenteng Ing Hok Kiong,
Vihara Buddha Sasana, Vihara Buddha
Sakyamuni di Bagansiapiapi. Bagi Umat Hindu adalah Pura Agung Jagatnatha di
Pekanbaru.[butuh rujukan]
Pendidikan
Riau mempunyai beberapa perguruan
tinggi, di antaranya Universitas Riau, Universitas Islam Riau, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, Universitas Lancang Kuning,
Universitas Abdurrab, Universitas Pasir Pengaraian, Universitas Islam
Indragiri, Universitas Islam Kuantan Singingi, Politeknik Negeri Bengkalis
serta Politeknik Caltex Riau.
Pertanian & perkebunan
Perkebunan yang berkembang adalah
perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit, baik itu yang dikelola oleh negara ataupun oleh rakyat. Selain itu
juga terdapat perkebunan jeruk dan kelapa. Untuk luas lahan perkebunan kelapa sawit saat ini
provinsi Riau telah memiliki lahan seluas 1.34 juta hektare. Selain itu telah
terdapat sekitar 116 pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang beroperasi
dengan produksi coconut palm oil (CPO) 3.386.800 ton per tahun.
Hutan & ikan
Deforestasi di Indragiri Hulu
Pembangunan kehutanan pada
hakekatnya mencakup semua upaya memanfaatkan dan memantapkan fungsi sumber daya
alam hutan dan sumber daya alam hayati lain serta ekosistemnya, baik sebagai
pelindung dan penyangga kehidupan dan pelestarian keanekaragaman hayati maupun
sebagai sumber daya pembangunan. Namun dalam realitanya tiga fungsi utamanya
sudah hilang, yaitu fungsi ekonomi jangka panjang, fungsi lindung, dan estetika
sebagai dampak kebijakan pemerintah yang lalu.
Hilangnya ketiga fungsi diatas
mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis yang diakibatkan oleh pengusahaan
hutan yang mengabaikan aspek kelestarian. Efek selanjutnya adalah semakin
menurunnya produksi kayu hutan non HPH, sementara upaya reboisasi dan
penghijauan belum optimal dilaksanakan. Masalah lain yang sangat merugikan
tidak saja provinsi Riau pada khususnya tapi Indonesia pada umumnya, adalah
masalah ilegal logging yang menyebabkan berkurangnya kawasan hutan serta
masalah pengerukan pasir secara liar.
Industri
Pada provinsi ini terdapat beberapa
perusahaan berskala internasional yang bergerak di bidang minyak bumi dan gas
serta pengolahan hasil hutan dan sawit. Selain itu terdapat juga industri
pengolahan kopra dan karet.
Beberapa perusahaan besar tersebut
diantaranya Chevron Pacific Indonesia anak
perusahaan Chevron Corporation, PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk di Perawang, dan PT. Riau Andalan Pulp & Paper di
Pangkalan Kerinci
Pertambangan
Transportasi
Provinsi Riau merupakan satu-satunya
provinsi yang mempunyai BUMD di bidang
transportasi udara yakni PT. Riau Air, yang bertujuan untuk melayani
daerah-daerah yang sulit dijangkau melalui jalan darat maupun laut. Riau Air
mengoperasikan Fokker-50 buatan Belanda sebanyak lima armada, dan tahun 2008 perusahaan ini
menambah dua armada lagi dengan jenis Avro-RJ 100.
Wisata Alam
Provinsi Riau sebenarnya memiliki
bermacam-macam kawasan pariwisata alam diantaranya yaitu :
Pulau Jemur
Terletak lebih kurang 45 mil dari
ibukota Kabupaten Rokan Hilir, Bagansiapiapi, dan 45 mil dari negara tetangga
yakni Malaysia, sedangkan provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang terdekat
dari Pulau Jemur. Pulau Jemur sebenarnya merupakan gugusan pulau-pulau yang
terdiri dari beberapa buah pulau antara lain, pulau Tekong Emas, pulau Tekong
Simbang, pulau Labuhan Bilik serta pulau-pulau kecil lainnya. Pulau-pulau yang
terdapat di pulau Jemur ini berbentuk lingkaran sehingga bagian tengahnya
merupakan laut yang tenang. Pada musim angin barat laut tiba, gelombang laut di
Selat Malaka sangat besar, dan biasanya nelayan-nelayan setempat berlindung di
bagian tengah pulau Jemur, karena air laut pada kawasan tersebut tenang.
Setelah gelombang laut mengecil atau badai berkurang barulah para nelayan
keluar untuk memulai aktivitas menangkap ikan kembali. Pulau Jemur memiliki
pemandangan dan panorama alam yang indah, selain itu Pulau Jemur ini amat kaya
dengan hasil lautnya, serta pulau ini dimanfaatkan oleh penyu untuk menyimpan
telurnya di bawah lapisan pasir-pasir pantai. Selain itu pada pulau Jemur juga
terdapat beberapa potensi wisata lain diantaranya adalah Goa Jepang, Mercusuar,
sisa-sisa pertahanan Jepang, batu Panglima Layar, taman laut dan pantai
berpasir kuning emas.
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Taman Nasional
Bukit Tiga Puluh (TNBT) memiliki luas 144.223 Ha,
dengan ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain
forest), kawasan ini merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan
pegunungan dengan ekosistem yang unik dan berbeda dibandingkan dengan kawasan
taman nasional lainnya yang ada di Indonesia. Bukit Tiga Puluh merupakan
hamparan perbukitan yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan dan
berbatasan dengan provinsi Jambi, daerah ini merupakan daerah tangkapan air (catchment
area) sehingga membentuk sungai-sungai kecil dan merupakan hulu dari
sungai-sungai besar di daerah sekitarnya. Beberapa jenis fauna yang dapat
dijumpai di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh antara lain : Harimau
Sumatera, Beruang Madu, Tapir, Siamang, Kancil, Babi Hutan, Burung Rangkong,
Kuaw, dan berbagai jenis satwa lainnya. Sedangkan jenis flora langka yang
diduga endemik di kawasan tersebut adalah Cendawan Muka Rimau (Rafflesia
haseltii). Selain merupakan habitat dari berbagai jenis flora dan fauna
langka yang dilindungi, kawasan TNBT juga merupakan tempat hidup dan bermukim
beberapa komunitas masyarakat suku asli seperti Talang Mamak, Anak Rimba, dan
Melayu Tua.
Pantai Rupat Utara Tanjung Medang
Berlokasi di Kecamatan Rupat Utara, Pulau Rupat. Kawasan Pantai Pasir Panjang
terdiri atas Tanjung Medang, Teluk Rhu dan Tanjung Punak di Kecamatan Rupat dan
berhadapan langsung dengan Kota Dumai, dengan mudah dapat dicapai karena
dari Dumai tersedia transportasi laut untuk penumpang umum.
Pasir di pantai ini berwarna putih dan bersih yang memungkinkan pengunjung
untuk mandi, berjemur, berolahraga air, rekreasi keluarga dan bersantai
menikmati kejernihan air lautnya dengan ombak yang sedang.
Pantai Ketapang & Pantai Makruh
Rupat Tengah
Berlokasi di Kecamatan Rupat
Selatan, Kawasan Pantai berhadapan langsung dengan Selat Malaka,terdiri atas
Pantai Ketapang, Pantai Lohong dan Pantai Makruh, tepatnya di Desa Sungai
Cingam dan Desa Makruh. Panjang Garis Pantai +/- 4 KM dari Selat Morong sampai
ke Pantai Makruh. Sarana transportasi Darat dan laut dari Kota Dumai dapat
ditempuh 1 Jam.
Air Terjun Aek Martua
Terletak di kecamatan Bangun Purba, Kabupaten Rokan Hulu merupakan
air terjun bertingkat-tingkat, sehingga sering pula disebut air terjun tangga
seribu, dapat ditempuh melalui jalan darat, kira-kira dua per tiga dari bawah
terdapat kuburan pertapa Cipogas dengan air terjun yang bertingkat-tingkat dan
sungguh mengagumkan untuk dinikmati.
Objek Wisata Bono
Terletak di Desa Teluk Meranti,
sepanjang Sungai Kampar dan Sungai Rokan. Bono adalah fenomena alam yang datang
sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar
sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan
suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi,
gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi
menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang
maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan
berenang, memancing, naik sampan, dan kegiatan lainnya.
Wisata Bahari di Kabupaten Siak
Wisata
Bahari di Kabupaten Siak yaitu Danau Pulau Besar yang terletak di Desa Zamrud,
Kecamatan Siak Sri Indrapura. Danau ini memiliki luas sekitar 28.000 Ha, dan
Danau Naga di Sungai Apit. Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat
lapangan minyak Zamrud, Kecamatan Siak. Memiliki panorama indah yang mengagumkan
dan menarik. Di sekitar danau masih ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi
danau maupun hutan di sekitar danau berstatus Suaka Marga Satwa yang luasnya
mencapai 2.500 hektare, dimana masih terdapat berbagai aneka jenis satwa dan
tumbuhan langka. Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini seperti pinang
merah, ikan arwana dan ikan Balido yang termasuk dilindungi. Keanekaragaman
jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa danau Pulau Besar dan danau Bawah
merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek wisata tirta di Riau Daratan.
Wisata Religi, Budaya dan Sejarah
Provinsi Riau memiliki berbagai
wisata religi, budaya maupun sejarah. Beberapa wisata religi, budaya, dan
sejarah yang terkenal dari daerah Riau di antaranya :
Upacara Bakar Tongkang di Bagansiapiapi,
Kabupaten Rokan Hilir
Upacara Bakar Tongkang yang
merupakan upacara tradisional masyarakat Tionghoa berlokasi di Bagansiapiapi adalah
wisata budaya unggulan Provinsi Riau dari Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) dan
telah menjadi wisata nasional bahkan terkenal hingga internasional.
Perayaan Imlek di Selatpanjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti
Acara Perayaan Imlek memang sudah
menjadi bagian dari tradisi di Kota Selatpanjang. Hampir setiap tahun perayaan
Imlek di kota ini dirayakan sangat meriah bahkan juga termasuk Perayaan Imlek
yang paling meriah di kawasan Provinsi Riau. Apalagi pemerintah daerah
Kabupaten Kepulauan Meranti juga sudah menjadikan ivent perayaan Imlek sebagai
salah satu aset wisata tahunan yang masuk kedalam Kalender Wisata Riau. Puluhan
ribu orang baik dari dalam maupun luar Selatpanjang, bahkan wisatawan dari luar
negeri seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, China, Taiwan, akan membanjiri Kota Selatpanjang untuk turut serta
memeriahkan perayaan Imlek. Puncak acara Perayaan Tahun Baru Imlek di
Selatpanjang berlangsung pada hari ke-6 bulan pertama Tahun Baru Imlek yang
biasanya disebut Cue Lak Bahasa Hokkien,tetapi kemeriahannya mulai terasa
dihari H-7 yaitu seminggu sebelum jatuhnya perayaan Imlek.
Penyambutan tahun baru imlek di Selatpanjang di
pusatkan di Vihara Sejahtera Sakti. Pada puncak perayaan Imlek, bertepatan
dengan dilangsungkannya upacara ulang tahun dewa 清水祖師 Qing Shui Zu Shi[37]. Pada momen ini, warga Tionghoa menyakini bahwa sang dewa sedang turun ke bumi dengan
maksud untuk mengusir unsur-unsur kejahatan dan memberikan kemakmuran serta
ketentraman bagi warga kota Selatpanjang. Untuk itu diadakan penyambutan khusus
dengan menggotong tandu patung dewa dan diarak berkeliling kota melewati
beberapa kelenteng lain disertai atraksi tarian liong (naga), dan barongsai
(singa) yang diiringi seni budaya Jawa, Reog Ponorogo. Perayaan Cue Lak tersebut juga
dihadiri oleh para tetua atau orang yang terpilih dan dirasuki oleh roh para
dewa yang biasa disebut Thangkie, yaitu dimana raga atau tubuh orang tersebut
dijadikan alat komunikasi atau perantara roh dewa. Budaya ini memiliki kesamaan
dengan masyarakat Singkawang (Kalimantan Barat) yang biasa dikenal dengan Tatung.
Kelenteng Hoo Ann Kiong/Vihara
Sejahtera Sakti Selatpanjang
Kelenteng Hoo Ann Kiong (lebih
dikenal luas sebagai Vihara Sejahtera Sakti/Tua Pek Kong Bio (Bahasa Hokkien) adalah
kelenteng tertua yang ada di Selatpanjang, dan juga merupakan Kelenteng Tertua
di Provinsi Riau. Kelenteng ini didirikan pada masa kolonial Belanda dan sampai
hari ini belum diketahui dengan pasti kapan berdirinya. Sejarawan memprediksi
kelenteng ini berumur lebih dari 150 tahun, setelah dilihat dari relief
arsitektur bangunannya. Kelenteng ini sangat dikenal luas oleh masyarakat
Selatpanjang maupun masyarakat luar negeri terutama bagi wisatawan Singapura dan Malaysia sebagai tempat ibadah umat Buddha, maupun Konghucu.
Mesjid Raya Pekanbaru
Mesjid Raya dan Makan Marhum Bukit
serta Makam Marhum Pekan. Mesjid Raya Pekanbaru terletak di Kecamatan Senapelan
memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik dan merupakan mesjid tertua
di Kota Pekanbaru. Mesjid ini dibangun pada abad 18 dan sebagai bukti Kerajaan
Siak pernah berdiri di kota ini pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil
Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan
keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal Mesjid terdapat
sumur mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan
sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid kita dapat mengunjungi makam
Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri kota Pekanbaru. Marhum
Bukit adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) memerintah
tahun 1766 – 1780, sedangkan Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan
ibukota kerajaan dari Mempura Siak ke Senapelan dan dia mangkat tahun 1780.
Istana Siak Sri Indrapura
Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan
Melayu Islam yang terbesar di Riau. Mencapai masa kejayaannya pada abad ke-16
sampai abad ke-20. Dalam silsilah, sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai
pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini sebagai bukti
sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam tersebut, dapat kita lihat
peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh
Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan
nama Assirayatul Hasyimah, lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana
Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi
kerajaan antara lain : kursi singgasana kerajaan yang berbalut emas,
duplikat mahkota Kerajaan, brankas Kerajaan, payung Kerajaan, tombak Kerajaan,
komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia, serta
barang-barang lain-lainnya. Di samping istana kerajaan terdapat pula istana
peraduan.
Candi Muara Takus
Candi Muara Takus
Vihara Sejahtera Sakti Selatpanjang
Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus,
Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. Jaraknya kurang lebih 135 km
dari Kota Pekanbaru. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara
Takus sekitar 2,5 km dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.
Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter. Di luar arealnya
terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi
kompleks ini sampai ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini
terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, serta Palangka.
Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai, dan batu bata.
Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai,
sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah
untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat
dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting
dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum pasti kebenarannya memberikan
gambaran bahwa pembangunan candi ini dilakukan secara bergotong royong oleh
orang ramai. Selain Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, dan Palangka, di
dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai
tempat pembakaran tulang manusia. Di luar kompleks ini terdapat pula
bangunan-bangunan yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan
jenis bangunannya. Kompleks candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah
yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Budhistis ini merupakan bukti
pernahnya agama Budha berkembang di kawasan ini beberapa abad yang silam.
Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti
kapan candi ini didirikan. Ada yang mengatakan abad kesebelas, ada yang
mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya.
Benteng
Tujuh Lapis
Benteng Tujuh Lapis terletak di
daerah Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu. Benteng
tanah ini dibuat oleh masyarakat Dalu-dalu pada masa Perang Paderi atas petuah Tuanku Tambusai. Bekas benteng tersebut
ditinggalkan Tuanku Tambusai pada tanggal 28 Desember 1839. Disekitar daerah
Dalu-dalu ini juga terdapat beberapa benteng yang disebut Kubu Gedung, Kubu
Baling-baling dan Kubu Talikemain. Benteng yang pada awalnya diberi nama Kubu
Aur Duri ini juga sempat di gunakan oleh Sultan Zainal Abidin untuk melawan
penjajah Belanda.
2 comments:
Om, uraiannya jelas sekali mengenai Riau. tapi sayang, gambarnya ga keluar om.
makasih om ya atas artikelnya.
lengkap sekali informasinya makasih yah
sirion png
Post a Comment