.post img:hover { -moz-trnasform: scale(1.3) ; -webkit-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3) ; -ms-transform: scale(1.2) ; transform: scale(1.3) ;}

ASAL USUL BERAS KETAN

09:54 |





Dahulu kala, ada seorang Dato (dukun) yang sangat sakti. Ia tak pernah sombong, apalagi dengki. Hatinya sangat baik dan tulus.
Pada suati hari, sang Dato pergi ke puncak sebuah bukit besar. Ia bersemedi di sana. Dato itu memohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan untuk mendirikan sebuah negeri di atas bukit. Tak lama kemudian, terdengarlah suara yang mengatakan bahwa doanya akan terkabul. Akan tetapi, kelak kehidupan desa itu akan berakhir menyedihkan.
Sang Dato kembali ke desanya. Ia lalu menceritakan semua yang dialaminya itu kepada masyarakat desa. Belum selesai ia bicara, beberapa penduduk menyela pembicaraannya. Akhirnya, Dato lupa menceritakan akhir kehidupan negeri baru mereka kelak.
Singkat cerita, para penduduk pun pindah ke puncak bukit yang diberi nama Sicike-Cike. Akan tetapi, sang Dato tidak ikut pindah. Ia tetap tinggal di desanya. Dalam waktu singkat, penduduk kian banyak dan kian ramai. Sayangnya, mereka mengangkat raja yang kejam. Rakyatnya pun menjadi sombong dan kikir.
Tak lama kemudian, datanglah seorang ibu dan anak lelakinya yang bernama Olih. Mereka akan tinggal di Sicike-Cike. Olih dan ibunya hidup sangat menderita karena miskinnya. Adapun masyarakat Sicike-Cike hidup makmur, tetapi sangat kikir. Suatu hari datang seorang tua sakti berpakaian compang-camping. Ia meminta sedikit makanan dan sehelai baju kepada penduduk. Akan tetapi, mereka malah mencaci makinya. Lebih dari itu, orang tua itu didorong sampai tercebur ke sungai.
Tiba-tiba... ajaib! Dalam waktu sekejab, orang tua itu berubah menjadi lelaki tampan, tetapi sekejab lagi berubah seperti semula. Begitu terus hingga beberapa kali. Semua orang terpana melihatnya. Setelah itu, ia pun menghilang. Serentak mereka mencari orang tua itu, tetapi tak juga ditemukan.
Orang tua sakti itu sampai di ladang tempat Olih dan ibunya tinggal. Olih dan ibunya dengan senang hati menjamu orang tua itu. Si orang tua itu sangat berterima kasih kepada mereka. Ia pun lalu berpamitan. Setelah berpamitan, dalam sekejab orang tua itu menghilang.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba penduduk Sicike-Cike dilanda kelaparan. Walaupun tertimpa musibah, penduduk negeri itu tetap sombong dan tidak mau sadar.
Suatu hari, datang pula tujuh orang gadis yang ingin bermalam di Sicike-Cike. Akan tetapi, para penduduk tidak menerimanya. Bahkan, mereka mencaci maki. Akhirnya ketujuh gadis itu pun pergi. Mereka sampai di gubuk Olih. Olih dan ibunya menerima mereka dengan senang hati.
Malam pun tiba. Sebelum tidur, ketujuh gadis itu meminjam selimut. Mereka kemudian tidur dengan selimut itu. Anehnya, mereka tidak bangun-bangun pada keesokan paginya. Ibu Olih tidak berani membangunkan mereka. Sampai hari keenam, mereka tidak juga bangun. Pada hari ketujuh, Ibu Olih memberanikan diri membuka selimut para gadis. Alangkah terkejutnya ia karena yang terlihat adalah timbunan padi dengan tujuh warna yang indah dan menarik. Padi itu berbeda dari padi biasa. Hanya tinggal satu gadis yang masih ada. Gadis itu pun berkata, “untunglah tidak terlambat. Bu, tolong ambilkan air dan percikilah diriku. Jangan heran! Semua ini adalah karunia Tuhan atas doa ayah hamba yang pernah menginap di sini.”
Olih akhirnya menikah dengan sang gadis. Bersama sang ibu, mereka hidup bahagia. Hidup mereka pun kini berkecukupan. Apalagi, mereka memiliki padi yang rasanya sangat enak, berbeda daripada padi biasa. Padi itu lalu diberi nama padi “pulut”. Padi pulut ini dikenal juga sebagai padi ketan atau beras ketan.
Berita adanya padi ketan itu sampai ke penduduk Sicike-Cike yang sedang kelaparan. Mereka datang menghadap Olih untuk meminta padi ketan itu. Dengan senang hati, Olih memberikannya kepada masyarakat. Ia memberi nasihat agar mereka mengubah sikap buruk mereka.
Akhirnya, Olih diangkat menjadi raja negeri Sicike-Cike. Ia memimpin negeri itu sehingga rakyatnya sejahtera dan berakhlak baik.




LEGENDA ASAL USUL NAMA BULELENG DAN SINGARAJA

Di daerah Klungkung, Bali, hidup seorang raja yang bergelar Sri Sagening. Ia mempunyai istri bernama Ni Luh Pasek. Ni Luh Pasek berasal dari desa Panji. Mereka mempunyai anak bernama I Gusti Gede Pasekan.
I Gusti Pasekan mempunyai wibawa besar. Ia sangat dicintai oleh pemuka masyarakat dan masyarakat biasa. Setelah ia berusia dua puluh tahun, ayahnya menyuruhnya pergi ke Den Bukit di daerah Panji.
Keesokan harinya, I Gusti Gede Pasekan berangkat bersama rombongan dari istana. Dalam perjalanan ke Den Bukit ini, I Gusti Gede Pasekan diiringkan oleh empat puluh orang di bawah pimpinan Ki Dumping dan Ki Kadosot.
Setelah empat hari berjalan, mereka tiba di suatu tempat yang disebut Batu Menyan. Di sana mereka bermalam. Tiba-tiba, I Gusti mendengar suara gaib yang mengatakan bahwa daerah Panji akan menjadi daerah kekuasaannya. I Gusti Gede Pasekan terkejut mendengar suara gaib itu.
Keesokan harinya, rombongan I Gusti Gede Pasekan melanjutkan perjalanan. Walaupun perjalanan itu sukar dan jauh, akhirnya mereka berhasil juga mencapai tujuan dengan selamat.
Suatu hari, ketika ia berada di desa ibunya, terjadilah peristiwa yang menggemparkan. Sebuah perahu Bugis terdampar di Pantai Panimbangan. Pada mulanya, orang Bugis meminta pertolongan nelayan di sama. Akan tetapi, nelayan-nelayan itu tidak berhasil membebaskan perahunya yang kandas.
Keesokan harinya, orang Bugis itu datang kepada I Gusti Gede Pasekan. Dia berkata, “Kami mengharapkan bantuan Tuan. Jika Tuan berhasil mengeluarkan perahu kami, sebagian isi perahu akan kami serahkan kepada Tuan sebagai upahnya.”
“Jika itu memang janji Tuan, saya akan mencoba mengangkat perahu yang kandas itu,” jawab I Gusti Gede Pasekan.
I Gusti Gede Pasekan berhasil membebaskan perahu itu. Ia menggunakan tenaga gaibnya untuk mengankat perahu besar itu. Orang Bugis itu pun menepati janjinya dengan senang hati.
Sejak kejadian itu, I Gusti Gede Pasekan mulai meluaskan kekuasaannya. Pada pertengahan abad ke-17, ia mendirikan kerajaan baru di Den Bukit. Orang-orang menyebut ibukota kerajaan itu Sukasada.
Kerajaan itu makin luas dan berkembang. Maka didirikanlah pusat kerajaan baru. Letaknya di utara kota Sukasada. Sebelum menjadi kota, daerah itu banyak sekali ditumbuhi pohon buleleng. Oleh karena itu, pusat kerajaan baru itu disebut Buleleng. Buleleng adalah nama pohon yang buahnya sangat digemari oleh burung perkutut. Di pusat kerajaan baru itu, didirikan istana megah yang diberi nama Singaraja.
Nama Singaraja menunjukkan bahwa penghuninya adalah raja yang gagah perkasa seperti singa. Ada pula yang mengatakan bahwa Singaraja berarti ‘tempat persinggahan raja’. Ketika istananya masih di Sukasada, Raja sering singgah di sana. Jadi, kata Singaraja berasal dari kata singgah raja.




The Origin of The Glutinous Rice

Once upon a time, there was a Dato (shaman) is very powerful. He was never arrogant, let alone envy. His heart is very kind and sincere.
In suati day, the Dato went to the top of a large hill. He meditated there. Dato was asking the Lord to be given the power to establish a state on top of the hill. Shortly thereafter, a voice saying that his prayer would be answered. However, later it will end up village life miserable.
The Dato back to his village. He then told all that happened was to the villagers. Yet he finished speaking, several residents interrupted her. Finally, Dato forgot to tell the end of life of their new country later.
Long story short, the residents moved to the top of the hill is named Sicike-Cike. However, the move did not participate Dato. He remained in his village. In a short time, the growing number and increasingly crowded. Unfortunately, they picked the cruel king. His people became arrogant and miserly.
Shortly thereafter, there came a mother and her son were named olih. They will stay in Sicike-Cike. Olih and her life is suffering because of poverty. The community-Cike Sicike prosperous life, but very miserly. One day came a magical old rags. He asked for a bit of food and clothing to residents. However, they instead lash she swore. Moreover, parents were encouraged to swim to the river.
Suddenly ... magic! Within a moment, the old man turned into a handsome man, but instantly changed again as before. So it went up a few times. Everyone was stunned to see it. After that, he disappeared. Simultaneously they are looking for the old man, but there are also found.
The old magic was up in fields where olih and his mother lived. Olih and happy to entertain her parents. The old man was very grateful to them. He then said goodbye. After saying good-bye, old man instantly disappeared.
A few days later, a sudden population-Cike Sicike famine. Though stricken, the country remains arrogant and does not want to realize.
One day, came a seven girls who want to stay overnight in Sicike-Cike. However, the residents did not receive it. In fact, they berate. Finally, the seventh girl was gone. They reached the hut olih. Olih and his mother received them gladly.
Night came. Before bed, the seventh girl borrowed a blanket. They then slept with a blanket. Surprisingly, they did not wake up the next morning. Olih mother did not dare to wake them. Until the sixth day, they are not well built. On the seventh day, she ventured to open blanket olih girls. She was surprised to see was the pile of rice with seven beautiful colors and interesting. Paddy rice is different from the usual. Just a girl living there. The girl said, "fortunately not too late. Mom, bring water and percikilah myself. Do not be surprised! All of this is a gift of God for prayer servant father stayed here. "
Olih eventually marry the girl. With the mother, they live happily. Their lives are now well off. Moreover, they have rice that tastes very good, different than ordinary rice. Paddy rice was then given the name "sticky rice". Pulut rice is also known as glutinous rice or glutinous rice.
News of the glutinous rice was up to the residents Sicike-Cike the hungry. They came to olih to request that glutinous rice. Gladly, olih give it to the public. He advises them to change their bad attitude.
Finally, olih appointed king of Sicike-Cike. He led the country so prosperous and good moral people.




Legend And The Origins of Name Buleleng Singaraja

In the area of ​​Klungkung, Bali, there lived a king who holds Sri Sagening. He has a wife named Ni Luh Pasek. Ni Luh Pasek Panji from the village. They had a son named I Gusti Gede Pasekan.
I Gusti Pasekan have great authority. He was much loved by the community leaders and ordinary people. After he was twenty years old, his father told him to go to the Den Hill in the Flag.
The next day, I Gusti Gede Pasekan entourage departed from the palace. On the way to the Den this hill, I Gusti Gede Pasekan diiringkan by forty men under Dumping and Ki Ki Kadosot.
After four days of walking, they arrive at a place called Stone incense. There they spend the night. Suddenly, I heard the magic Gusti said that the area would be Panji territory. I Gusti Gede Pasekan surprised to hear that magical sound.
The next day, the delegation I Gusti Gede Pasekan proceed. Although the journey was difficult and distant, they finally managed to also reach destination safely.
One day, when he was in his mother's village, there was a shocking incident. A boat stranded on the beach Panimbangan Bugis. At first, the Bugis fishermen ask for help in the same. However, the fishermen did not managed to free the boat that foundered.
The next day, the Bugis came to I Gusti Gede Pasekan. He said, "We expect any help sir. If the Lord had issued our boat, some of the contents boat will leave to the Lord as our reward. "
"If it's an appointment sir, I will try to lift the rocking ship it," said I Gusti Gede Pasekan.
I Gusti Gede Pasekan managed to free the boat. He uses his magical power to pick-up the big boat. Bugis people were happy to keep his promise.
Since the incident, I Gusti Gede Pasekan began expanding its grip. In the mid-17th century, he founded a new empire in Den Hill. People call it the capital of the kingdom Sukasada.
Kingdom was more extensive and growing. Thus was established a new royal center. It is in the north of the city Sukasada. Before becoming a city, the area was a lot of trees Buleleng. Therefore, the center of the new kingdom was called Buleleng.
Buleleng is the name of a tree whose fruit is very popular with doves. At the center of the new kingdom, founded a magnificent palace, named Singaraja.
Singaraja name indicates that the occupant is king of the mighty as a lion. There is also a saying that Singaraja means 'king haven'. When the palace was in Sukasada, King often stop there. So, the word is derived from the layover singgah raja.


6 comments:

Anonymous said...

Itu ceritanya beneran

Anonymous said...

Itu ceritanya beneran

Anonymous said...

AKU MENYIMAK CERITA INI.AKU INGING TAU,BERAS INI BERASAL DARI NEGARA MANA,UNTUK MENCARI ASAL USUL HUBUNGAN SUKU SANGIHE,DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE,DI SATAL.BERAS BERWARNA INI,KESUKAAN AKU DI MASA KECIL.TETAPI KETIKA REMAJA BERAS SANGIHE INI SUDA HABIS ATAU PUNA.KARENA ORANG SANGIHE SUDA TIDAK MENANAM PADI LAGI. BERAS BERWARNA INI MANIS DI MAKAN.COCOK UNTUK BUBUR.DAN PARA PETUA ORANG TUA DAHULUKALA MENYEBUT BERAS SANGIHE,PADI SANGIHE,ATAU BAHASA SANGIHE DI SEBUT EMENG SANGIHE. TAN JIKA MENANAM PADI ITU,MENYEBUT MENGASI.BERARTI MOYANG SUKU SANGIHE ADA HUBUNGAN DENGAN SUKU DAERAH YANG MEMILIKI CERITA LEGENDA PADI BERAS BERWARNA PUTIH HITAM MERAH INI.

Anonymous said...

AKU MENYIMAK CERITA INI.AKU INGING TAU,BERAS INI BERASAL DARI NEGARA MANA,UNTUK MENCARI ASAL USUL HUBUNGAN SUKU SANGIHE,DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE,DI SATAL.BERAS BERWARNA INI,KESUKAAN AKU DI MASA KECIL.TETAPI KETIKA REMAJA BERAS SANGIHE INI SUDA HABIS ATAU PUNA.KARENA ORANG SANGIHE SUDA TIDAK MENANAM PADI LAGI. BERAS BERWARNA INI MANIS DI MAKAN.COCOK UNTUK BUBUR.DAN PARA PETUA ORANG TUA DAHULUKALA MENYEBUT BERAS SANGIHE,PADI SANGIHE,ATAU BAHASA SANGIHE DI SEBUT EMENG SANGIHE. TAN JIKA MENANAM PADI ITU,MENYEBUT MENGASI.BERARTI MOYANG SUKU SANGIHE ADA HUBUNGAN DENGAN SUKU DAERAH YANG MEMILIKI CERITA LEGENDA PADI BERAS BERWARNA PUTIH HITAM MERAH INI.

Anonymous said...

Aku menyimak cerita ini.Kami di Kabupaten Kepulauan Sangihe,ada beras berwarna ini.dan masa kecil saya,beras ini kesukaan saya karena Enak Manis di Makan.dan Kami mengikuti leluhur menyebut beras Sangihe,atau Padi Sangihe,bahasa Sangihenya EMENG SANGIHE.DAN ISINYA ADA PUTUH,ADA HITAM,DAN ADA MERAH.AKU SIMAK CERITA LEGENDA DI ATAS DAN MEMANG AKU INGING MENGETAHUI HUBUNGAN MOYANG SUKU SANGIHE DI SATAL SULUT INI,ATAU KEMUNGKINAN MOYANG SANGIHE BERASAL DARI DALAM CERITA LEGENDA ITU.SEBENARNYA AKU MENELUSURI KALAU PADI JENIS BEGINA BERASAL DARI NEGARA APA. TERIMA KASIH ATAS CERITA INI,SALAM"

Anonymous said...

Aku menyimak cerita ini.Kami di Kabupaten Kepulauan Sangihe,ada beras berwarna ini.dan masa kecil saya,beras ini kesukaan saya karena Enak Manis di Makan.dan Kami mengikuti leluhur menyebut beras Sangihe,atau Padi Sangihe,bahasa Sangihenya EMENG SANGIHE.DAN ISINYA ADA PUTUH,ADA HITAM,DAN ADA MERAH.AKU SIMAK CERITA LEGENDA DI ATAS DAN MEMANG AKU INGING MENGETAHUI HUBUNGAN MOYANG SUKU SANGIHE DI SATAL SULUT INI,ATAU KEMUNGKINAN MOYANG SANGIHE BERASAL DARI DALAM CERITA LEGENDA ITU.SEBENARNYA AKU MENELUSURI KALAU PADI JENIS BEGINA BERASAL DARI NEGARA APA. TERIMA KASIH ATAS CERITA INI,SALAM"

Post a Comment