.post img:hover { -moz-trnasform: scale(1.3) ; -webkit-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3) ; -ms-transform: scale(1.2) ; transform: scale(1.3) ;}

KEMBALI KE JALAN PUTIH

12:32 |



KEMBALI KE JALAN PUTIH

A.     SINOPSIS
Di sebuah rumah kecil yang sangat sederhana tidak jauh dari keramaian, tinggallah seorang itbu bersama dua orang anaknya, yang paling besar bernama Risa dan yang bungsu bernama Rini. Ayah mereka telah lama meninggal ketika mereka masih kecil, sehingga si ibu harus bekerja keras untuk menghidupi kedua anaknya dengan bekerja sebagai pedagang kaki lima.
Setiap harinya si ibu selalu di sibukkan dengan pekerjaannya untuk menghidupi kedua anaknya. Sehingga, kedua anaknya kurang mendapat perhatian dari ibunya. Meskipun begitu, si bungsu tetap rajin membantu ibunya dengan merawat dan membersihkan rumah. Berbeda dengan adiknya, Risa sebagai kakakan dalam kesehariannya asyik berkumpul dengan teman-temannya dan menghabiskan waktu dengan berjudi.
Melihat sifat anak tunggalnya seperti itu, si ibu merasa sedih dan kecewa, karena setiap nasehat yang dia berikan agar anaknya berubah menjadi anak yang baik tidak pernah dihiraukannya. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya tanpa mengenal lelah, si ibu pun jatuh sakit, namun anak bungsunya tidak bisa membawa ibunya berobat karena dia tidak memiliki cukup uang, sehingga si ibu hanya di rawat dirumah, sedangkan kakaknya tidak perduli dengan ibunya.
Keesokan harinya dengan cuaca mendung sehingga masyarakat setempat enggan beraktivitas, begitu juga dengna ibu Lusi. Pagi benar Rini sudah bangun untuk memasak makanan hari itu, setelah selesai ia bermaksud mengajak ibunya sarapan pagi, namun belum sempat berbicara Rini melihat ibunya sudah tertidur di lantai. Dengan spontan rini langsung berteriak meminta pertolongan, sehingga tetangga terdekatnya ibu Nita segera datang ke rumahnya dan membantu Rini memapah ibunya ke tempat tidur.
Setelah lama pingsan, ibu Lusi pun sadar setelah di beri obat yang di beli Rini namun, tak lama setelah selesai menyampaikan kata-kata terakhir pada anaknya Rini serta memberinya kalung peninggalan ayahnya si ibu pun menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah selesai di semayamkan, tinggalah Rini dengan kesedihannya seorang diri, tak lama kemudian terdengarlah suara ketukan pintu dari luar yang tak lain adalah kakaknya Risa. Sempat terheran melihat suasana rumahnya, belum sempat berbicara, si bungsu langsung menyampaikan kabar duka tersebut kepada kakaknya.namun, Risa tidak begitu terkejut mendengar kabar tersebut dia malah menanyakan tentang warisan. Rini pun kecewa melihat perilaku kakaknya.
Semenjak kepergian ibu mereka, kehidupan mereka semakin sulit, sehingga si kakak hanya berdiam diri di rumah, dia tidak lagi berkumpul dengan teman-temannya untuk berjudi karena tidak memiliki uang, sementara si bungsu menggantikan ibunya bekerja.
Karena sudah hampir seminggu Risa tidak berkumpul dengan teman-temannya, Martha dan Delvi mulai menanyakan keberadaan Risa kepada pelayan bar tersebut, karena pelayan bar tersebut sudah lumayan dekat dengan Risa. Namun pelayan bar tersebut juga tidak mengetahui penyebabnya sehingga mereka berniat untuk mendatangi rumah Risa.
Sementara Risa, dia hanya berdiam diri di rumah sehingga membuat dia stress dan karena tidak tahan lagi ia pun nekat mengambil paksa tabungan adiknya, kemudian bergegas keluar untuk menemui teman-teman judinya, namun belum sempat keluar rumah, terdengar suara orang dari luar. Risa pun membukakan pintu dan alangkah terkejutnya dia karena yang bertamu adalah teman-temannya sendiri merekapun ngobrol di dalam sebentar, kemudian  pergi ke tempat nongkrong mereka.
Sesampainya di tempat mereka berjudi, ternyata si bos sudah duduk menunggu kedatangan mereka. Merekapun berjudi sampai larut malam, karena selalu mengalami kegagalan dalam berjudi, uang Risa pun habis si bos pun meminjamkan uang kepada Risa dengan syarat Risa harus membayar beserta bunganya. Begitulah sterusnya ketika Risa tidak memiliki uang ia terus berhutang kepada bosnya sehingga hutangnya bertambah banyak.
Keesokan harinya Risa mencoba meminjam lagi, namun dengan suara keras si bos menolak dan mengancam Risa harus membayar lunas hutangnya besok, karena ancaman itu Risa segera bergegas pergi dari tempat itu. Keesokan harinya si bos dan anak buahnya sudah menunggu Risa di tempat yang sama. Namun Risa tak kunjung datang, karena tidak sabar lagi, si bos pun mendatangi rumah Risa bersama Martha dan Delvi.
Sesampainya di sana dengan suara keras dia menggedor pintu Risa. Si bungsu pun segera membukakan pintu tanpa mengatkaan sepatah kata, si bos dan anak buahnya langsung masuk kr rumah.
“mana kakak kamu!!!” (dengan suara keras)
“suruh dia keluar, cepat”
M”maaf pak, tapi kakak saya tidak di rumah dari tadi pagi pak!”
“jangan bohong kamu!”
“saya tidak bohong pak.”
Karena mereka tak menemukan Rusa di rumah itu merekapun meninggalkan rumah itu dan sempat mengancam Rini bahwa kalau kakaknya tidak melunasi hutangnya sampai besok, maka rumah mereka akan di bakar.
Setelah mereka pergi. Risa pun pulang ke rumah menemui adiknya. Ternyata dia sudah mengetahui kalau si bos akan datang ke rumahnya untuk menagih hutang. Rini pun segera menceritakan semua kejadian dan ancaman si bos tadi kepada si Risa, sehingga membuat Risa bingung dan stres, karena dia tidak mungkin bisa membayar hutang-hutangnya. Rini pun berusaha menghibur kakaknya dan mencoba menasehati kakaknya agar tidak berbuat dosa lagi.
Risa pun merenungkan perbuatannya selama ini dan menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan berbuat jahat lagi “tapi tetap saja saya tidak bisa bayar hutang saya Rin” “kakak gak perlu risau, aku masih punya barang peninggalan ibu kok”. “kita bisa pakai itu untuk bayar hutang kakak”. Si kakak pun memeluk adiknya dan berjanji akan berubah.
Setelah Risa membayar hutang-hutangnya. Mereka pun memulai kehidupan mereka yang baru dengan rukun dan damai.
“Ketika seorang berdosa berdukacita atas dosa-dosanya Tuhan akan menyediakan kelimpahan kasih karunia dan pengampunan-Nya”.

B.     Tokoh dan Penokohan :
-          Si Bungsu “Rini”          (diperankan oleh Frida Sianturi)
-          Risa                              (diperankan oleh Togi Marito Silaban)
-          Ibu                                (diperankan oleh Lusi Gustari)
-          Ibu Nita “Tetangga”    (diperankan oleh Veranita)
-          Penjudi I “Martha”      (diperankan oleh Martha Ida)
-          Penjudi II “Delvi”        (diperankan oleh Mitra Delvi)
-          Pelayan bar                 (diperankan oleh Nopelina)
-          Di Bos                          (diperankan oleh Ilham Bosya)




C.      Dialog

Adegan I
Di sebuah rumah kecil yang sangat sederhana tidak jauh dari keramaian. Tinggallah seorang ibu bersama dua orang anaknya, yang paling besar bernama Risa dan yang bungsu bernama Rini. Ayah mereka telah lama meninggal, sehingga si ibu harus bekerja keras untuk menghidupi kedua anaknya sebagai pedagang di pasar.
Ibu            : “Risa, kamu di rumah bersama adikmu ya!! Ibu akan ke pasar berdagang”
Risa           : “Tapi ini kan masih pagi bu!!”
Ibu            : “Kalau ibu berangkat siang, nanti sayurnya layu nak”
Risa           : “Oh, ya sudah, ibu pergi saja!!”

Si ibu pun pergi dengan keranjang sayurnya. Setelah beberapa lama kemudian, tiba-tiba risa memanggil adiknya dengan suara agak keras.
Risa           : “Rini.....Rini ceoat je sini”
Rini           : “Iya kak, ada apa?? (setengah berlari)”
Risa           : “Aku mau pergi dengan teman-temanku, jadi kamu disini bersih-bersih rumah, ngerti!!!” (sambil membentak adiknya)
Rini           : “Iya kak, tapi kalau ibu tanya aku jawab apa kak??”
Risa           : “Kamu tuh bodoh amat sih, bilang aja aku ada urusan penting keluar!!”
Rini           : “Iya kak”

Setelah kakaknya pergi, si adik langsung membersihkan dan merapikan rumah, sampai ibunya pulang dari pasar. Sementara Risa belum pulang ke rumah, dia asyik bermain judi dengan teman-temannya.
Martha     : “Hey..... (sambil melambaikan tangan kepada Risa) tumben datang cepat, lagi banyak uang nie!!!”
Risa           : “Hmm... gue lagi malas aja di rumah”
                    “Oh iya, si bos sama Delvi kemana?”
Martha     : “Oh.... mereka kalau si bos biasa wanita simpanannya kan banyak, sedangkan si Delvi  mungkin masih ketiduran, semalam dia minum banyak jadi lemas gitu deh dia”
Risa           : “Hm.... payah, baru minum segitu udah lemas”
Martha     : (melambaikan tangannya ke pelayan)” kak minumannya donk.”
Pelayan    : “Ok, berapa gelas?”
Martha     : “Dua gelas aja kak!!”
Pelayan    : (membawa dua gelas minuman menuju ke meja mereka) “ini minumannya ya!!”
                    “Oh iya mana bos kalian kok Cuma berdua?”
Risa           : “Ntar juga datang kak, oh iya ambilkan”
                    “Snacknya juga ya kak!!”
Pelayan    : (segera mengambil sebungkus kacang) “ini snacknya”
Risa           : “Oh iya kak, makasih ya!!!”

Tak lama mereka berbincang-bincang, si bos pun datang ke tempat itu
Si bos        : “Oph.... udah pada ngumpul ne!!!”
                    “tunggu-tunggu si Delvi mana?”
Martha     : “Udahlah, ntar juga datang!!!”
Risa           : “Udah ah, gag usah banyak omong lagi mending kita main kartu aja, udah kangen ni!!!”
Si bos        : “Kalau itu, aku setuju”
Martha     : “Kak ambilkan kartu bridgenya donk”
Pelayan    : (menuju ke meja menyerahkan seperangkat kartu bridge) “ini kartunya, oh iya. Bos gak minum dulu??”
Si bos        : “Boleh, satu gelas aja soalnya gue mau main ni”
Pelayan    : “OK, sebentar”

Sebelum mereka memulai permainan kartu mereka, tampak dari depan pintu seorang perempuan dengan langkah setengah berlari.
Delvi         : “Tunggu........ tunggu.......... gue ikud donk!!”
Risa           : “Santai aja lagi, kita belum mulai kok!!?
Martha     : “Emang kamu punya uang??”
Delvi         : “Tenang aja lagi!! Aku ada uang kok”
Si bos        : “Udah....... udah mending kamu duduk, kita mulai mainnya” (sambil mengocok kartu bridge)



Tak terasa hari telah larut. Matahari hampir tenggelam, Risa pun pamit pulang kepada teman-temannya.
Risa           : “Wah, udah gelap ni!! Gue pulang dulu ya!!”
Delvi         : “Cepat amat Ris, uang lo gak ada lagi ya??”
Risa           : “(mulai gugup) “Enggak kok, gue lagi ada urusan aja ama nyokap.” “Ya udah gue balik dulu ya!!”
Martha     : “Ok!”

Karena takut di marahi ibunya, Risa pun mempercepat langkahnya, sesampainya di depan rumah ia pun segera memanggil orang rumah untuk membukakan pintu.
Risa           : “Bu........... ibu............. Risa pulang!”
Rini           : (setengah berlari untuk membukakan pintu)
Risa           : “Lama banget sih, mana ibu??”
Rini           : :Ibu lagi istirahat kak!”
Ibu            : (karena mendengar keributan, si ibu pun keluar dari kamar) “ada apa sih ribut-ribut!”
Risa           : “Ibu, bagi uangnya donk!!” (tanpa basa basi)
Rini           : “Kak ibu masih lelah dari pasar!! Semalam kan kakak udah minta uang sama ibu”
Si ibu        : (Terdiam melihat keribatan anak-anaknya)
Risa           : “Kamu tuh bawel banget sih, aku kan ngomong sama ibu!! Bukan sama kamu”
Rini           : (Terdiam sambil menunduk)
Ibu            : “Risa, dari mana saja kamu?? Pulang-pulang sudah membuat keributan”
Risa           : “Bu, ibu baru dari pasar berdagang kan??”
                    “Ibu pasti bawa uang!!” (tida menghiraukan pertanyaan ibunya)
Ibu            : “Uang ibu dari berdagang tadi, sudah ibu pakai membeli beras”
Risa           : “Aku gak percaya, ibu pasti bohong, ibu kan pelit”
Ibu            : “Buat apa ibu bohong!!” “Lagian uang yang ibu kasih kemarin kemana?? Kamu pakai berjudi kan?”
                    “Risa, kamu ini anak sulung di rumah ini, seharusnya kamu membantu ibu bekerja, bukan malah berjudi menghamburkan uang nak!!!” “judi itu dosa nak!! Tidak baik anak perempuan berjudi!”
Risa           : “Ibu kenapa sih!!” “Suka amat ceramahi aku, puysing tau!!”
                    (pergi meninggalkan rumah)
Melihat sifat anaknya seperti itu, si ibu terlihat kecewa dan sedih. Rini pun berusaha menenangkan ibuynya.
Rini           : “Udah bu, Ibu istirahat dulu, gag usah terlalu dipikirin bu, nanti ibu sakit!!!”

Adegan II
Keesokan harinya, cuaca hari itu mendung sehingga masyarakat di situ enggan beraktivitas. Tiba-tiba di tengah keheningan itu, terdengar teriakan suara minta tolong yang tak lain adalah suara si bungsu.
Rini           : “Tolong........ tolong.......... !!”
Ibu Nita    : (Mendengar suara teriakan Rini, ia segera menuju rumah Rini) “Kenapa Rin?? Ada apa?? (tanpa menunggau jawaban, ia sgera membantu Rini memapah ibunya yang tergeletak di lantai). “Ya ampun kok bisa begini Rin??”
Rini           : “Aku juga enggak tahu bu!!! Begitu saya lihat ibu sudah btertidur di lantai bu!!”
Ibu Nita    : “Ya sudah, kamu cepat beli obat ke warung. Biar ibu yang jaga ibumu!!”
                    (sambil memberi beberapa embar uang)
Rini           : “Iya bu!!” (bergegas ke warung membeli obat)

Tidak lama kemudian, Rini pun kembali dengan bungkusan pelastik kecil dan bergegas menemui ibunya.
Rini           : (Sedikit terengah0engah) “Ini bu obatny!!”
Ibu Nita    : “Tolong ambilkan minuman hangat untuk ibumu”
Rini           : “Iya bu!!” (bergegas mengambil minum untuk ibunya)
Ibu Nita    : (Memberi obat pada ibu Rini)
                    “Oh iya Irn, dimana Risa kakakmu??”
Rini           : “Kak Risa enggak pulang semalaman bu!!”
                    “Dia sempat bertengkar sama ibu”

Setelah beberapa lama pingsan, akhirnya ibunya sadar dari pingsannya dan memanggil nama kedua anaknya.
Ibu            : “Rini........... Risa............ “
Rini           : “Iya bu, Rini di sini” (mendekat pada ibunya)
Ibu            : “Mana kakak kamu Rin”
Rini           : “Kakak belum pulang bu dari semalam!!”
Ibu            : “Rin, kalau ibu udah pergi, kamu jaga kakak kamu ya Rin!!!”
Rini           : “Ibu jangan ngomong gitu, Rini masih ingin sama ibu”
Ibu            : (Memberikan sesuatu di tangan Rini) “Kami simpan ini ya nak!!” “Jika kalian dalam kesulitan kalian bisa jual kalung ini!!” “Jangan sampai kakak kamu tahu Rin!!”
Rini           : “Iya bu!!!”
Ibu            : (Sesak nafas dan tak lama kemudian menghembuskan nafas terakhirnya)
Rini           : (Sadar, bahwa ibunya sudah pergi, iapun sempat histeris, namu ibu Nita segera menenangkan Rini)
Ibu Nita    : “Udah Rin, kamu harus tenang, supaya ibu kamu juga pergi dengan tenang”

Setelah jenazah ibunya di semayamkan, tinggallah Rini bersama ibu Nita di rumahnya.
Rini           : “Makasih ya bu, udah bantu saya!!!”
Ibu Nita    : “Sama-sama Rin, ibu ikhlas kok. Kalau begitu ibu pamit pulang ya Rin!!”
                    “Kamu harus tabah, coba untuk ikhlas menerima smeua ini!” “Setiap cobaan pasti mendatangkan duka cita. Tapi, orang yang berhasil melaluinya akan menghasilkan kebahagiaan”
Rini           : “Iya bu!!” sekali lagi makasih ya bu!!!”

Setelah rumah mereka sepi. Dari kejauhan tampak seorang gadis yang tak lain adalah Risa.
Risa           : (Heran melihat rumahnya berantakan, seperti ada yang baru meninggal) “Ada apa ini!!!”
                    “Ibu mana??”
Rini           : “Ibu.............”
Risa           : “Ibu kenapa??”
Rini           : “Ibu udah pergi kak, dia tidak akan kembali lagi!!”
Risa           : “Ha.......... maksud kamu ibu meninggal!!”
                    “Enggak mungkin Rin, semalam ibu masih sehat kok!!”
                    “Terus ibu gag ada ninggalin warisan untuk kita??”
Rini           : “Kak.... kakak ini memang enggak punya hati nurani yea!!”. “Ibu, baru aja pergi kaka, enggak pantas kakak ngomong seperti itu!!”
Risa           : “Ya udah, bawel banget sih!!, aku mau istirahat dulu, mending kami beresi semua ini”
Semenjak kepergian ibu mereka, kehidupan mereka semakin sulit, sehingga Risa tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya karena tidak memiliki uang. Dan teman-teman Risa pun mulai bertanya-tanya kenapa Risa tidak pernah ngumpul lagiberjudi dengan mereka. Mereka pun bertanya kepada pelayan bar itu.
Delvi         : “Ibu, ibu tahu kan teman kita Risa!!”
Pelayan    : “Iya, ibu kenal tapi udah lama dia tidak datang ke sini!!”
Martha     : “Enggak biasanya dia begini Del!!”
Delvi         : “Apa ibu tahu kenapa dia jarang datang ke sini bu???”
Pelayan    : “Memang sih, saya pernah dengar, kalau ibu si Risa meninggal. Saya pikir itu Cuma berita iseng aja!!”
Delvi         : “Gimana kalau kita datang ke rumahnya Mar!!”
Martha     : “Ide bagus thu, aku setuju!”
                    “Oh... iiya, makasih ya nbu informasinya!!”
Pelayan    : “Iya sama-sama”

Mereka pun bergegas menuju rumah Risa. Sementara Risa di rumah hanya bersantai, sedangkan adiknya sibu bekerja karena tidak tahan berdiam diri di rumah, dia pun nekat mengambil paksa tabungan adiknya.
Risa           : “Rin..... Rini, sini kamu!!”
Rini           : “Iya kak, ada apa??”
Risa           : “Mana kunci lemari kamu!”
Rini           : “Ini kak” (mengambil dari kantong celana)
                    “Tapi untuk apa kak??”
Risa           : “Aduh, kamu thu nanyak muluk!!”
                    “Sini kuncinya!!” (berbgegas untuk mengambil kunci dan membuka lemari)
Rini           : (Melihat kakaknya mengambil tabungannya ia langsung merampasnya dari tangan kakaknya, namun sia-sia)
                    “Kak jangan ambil tabungannku kak!!”
                    “Itu untuk membeli kebutuhan kita!!”
Risa           : “Udah deh, gue dah bosa di rumah terus, lagian kamu bisa cari lagi kan!”

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara dari luar mengethuk pintu, Risa pun segera membuka pintu. Risa pun terkejut melihat Martha dan Delvi di teras.
Risa           : “Eh...... ternyata kalian, ayo masuk!!”
                    “Oh iya, ada angin apa kalian datang kesini?”
Delvi         : “Gimana kami gak kesini, kamu tuh udah seminggu gak ngumpul bareng kita??”
Risa           : “Gue juga bosan di rumah terus, stress tahu!”
Martha     : “Terus, kenapa kamu gak pernah ngumpul lagi bareng kita??”
Risa           : “Aduh, nanti aja kita omongin lagi!!”
                    “Gimana kalau kita ke tempat nongkrong kita, udah kangen ni!!”
Martha     : “Ya udah!” (mereka pun pergi)

Setelah sampai ke tempat penjudian, ternayta disana sudah ada seorang pria bertubuh besar yang tak lain adalah bos mereka berjudi.
Si bos        : “Dari mana aja sih kalian??”
Delvi         : “Gak dari mana-mana koq, Cuma dari angin aja keluar!!”
Risa           : “Oh, iya kak, ambilin kartu bridgenya dong, udah lama nie enggak main kartu”
Pelayan    : “Iya tunggu sebentar!”
                    (Bergegas mengambil dan memberikan kartunya)
Pelayan    : “Ini karutnya bos!!”
                    “Ih iya, katanya ibu kamu baru meninggal dunia ya Ris!!” “Saya turut beruka ya!!”
Risa           : “Iya kak, karena itu, saya gak bisa ngumpul bareng teman-teman lagi, saya harus jaga adik ditambah lagi keuangan saya menipis kak”
Si bos        : “Ya, ampun jadi itu permasalahannya, kenapa kamu enggak bilang!! Kamu kan bisa pinjam sama bos!!” “Tapi ingat ada bubnganya juga yea!!”
Risa           : “Benar bos, aku bisa pinjam!!”
Martha     : “Ya, ampun Risa!! Bos kitakan baik!! Enggak mungkinlah bohong!!”
Si bos        : “Ni saya pinjamkan kamu uang, tapi ingat kamu harus bayar dengan bunganya!!”
                    (sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya kepada Risa)

Begitulah seterusnya, ketika Risa tidak memiliki uang, dia selalu pinjam dengan bosnya sehingga hutangnya Risa pun semakin menumpuk.
Risa           : “Bos, uang gue udah habis nie!!! Gue pinjam lagi donk!!”
Si Bos       : (Sambil memukul meja) “Apa kamu bilang!!”
                    “Pinjam uang!! Kamu oikir saya bank uang yang bisa kamu pinjam setiap saat”
                    “Saya enggak mau tahu, besok kamu harus bayar hutang kamu, saya tunggu kamu disini!!”
Risa           : (Karena takut, ia segera pergi meninggalkan tempat itu)
Martha     : “Iya Bos, Bos gak boleh emosi”
                    “Risa pun udah lama gabung sama kita, enggak mungkinlah dia lari dari hutangnya”
Si Bos       : “Enggak bisa, hutang dia thu dah terlalu banyak sama gue. Gue rugi besar tahu!”
                    (Berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan tempat itu)
Delvi         : “Bos mau kemana”
Martha     : “Kita kan belum main kartu Bos??”
Si Bos       : “Alah, gue gak muth lagi!! Gue balik dulu!”

Keesokan harinya, Si Bos danb anak buahnya sudah berkumpul di bar untuk menunggu Risa.
Si Bos       : “Uda jam segini, kenapa dia belum datang juga!”
 Delvi        : “Kita tunggu sebentar lagi Bos!”
Si Bos       : “Akh! Gue gak sabar lagi, ayo kita samperin dia ke rumahnya!”
                    (Beranjak dari tempat duduknya)
Martha dan Deelvi : (Mengikuti Si Bos)

Setelah sampai di depan rumah Risa, Si Bos langsung berteriak memanggil si Risa
Si Bos       : “Risa............. Risa.........  cepat keluar kamu!!
Rini           : (Karena mendengar keributan di depan rumahnya, dia segera membukakan pintu)
Si Bos       : (Langsung masuk begitu pintu di buka)
                    “Mana kakak kamu!!
Rini           : “Maaf Pak, tapi kaka Risa enggak di rumah dari tadi pagi”
Si Bos       : “Jangan bohong kamu!”
Rini           : “Saya enggak bohong Pak, kakak saya memang enggak di rumah!”
Delvi         : “Sepertinya dia memang enggak bohong Bos!”
Martha     : “Sebaiknya kita pergi dari sini Bos, toh Risanya juga enggak ada!”
Si Bos       : “Ok, bilang sama kakak kamu, kalau dia enggak bayar hutangnya besok saya akan bakar rumah kalian ngerti!!”
                    “Ayo kita pergi dari sini!”

Setelah mereka pergi, tak lama kemudian Risa pun datang, menemui adiknya. Ternyata Risa sudah mengetahui bahwa si Bos dfan teman-temannya akan mendatangi rumahnya untuk menagih hutang.
Rini           : “Kak.......... kakak dari mana aja??”
                    “Rentenir itu tadi datang ke sini kak, dia marah-marah dan ngancam kakak!”
Risa           Emang dia bilang apa tadi??”
Rini           : “Dia bilang akan membakar rumah ini kalau kakak enggak bayar hutang besok”
Risa           : (Bingung) “Tapi  kakak enggak punya uang untuk melunasinya! Aku harus gimana sekarang Rin??”
Rini           : (Melihat kakaknya kebungunan, ia mencoba menenangkan dan menghibur kakaknya)
                    “Udah kakak tenang dulu!”
Risa           : “Gimana aku mau tenang, uang sebanyak itu enggak mungkin kita dapatkan dalam waktu sehari Rin!!”
Rini           : “Pasti bisa kak, kalau kita usahakan!”
Risa           : (Mendengar dukungan adiknya, iapun terharu dan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini serta menyesal)
Rini           : “Ini kak, Rini punya kalung pemberian ibu, kita bisa pakai ini untuk membayar hutang kakak!”
                    (Menyerahkan kalung itu pada kakaknya)
Risa           : (Memeluk adinya) “Kakak Cuma buat susah kamu, kakak benar-benar nyesal enggak pernah dengerin nasehat ibu!!”
Rini           : “Yang penting kakak bisa bayar hutang kakak. Tapi kakak harus janji, kakak enggak akan main judi lagi kak!!”
Risa           : “Kakak janji Rin, kakak pasti bisa berubah!!”

Setelah melunasi hutang-hutangnya, Risa pun meninggalkan semua kebiasaan buruknya, dia hidup dengan adiknya dengan rukun dan damai.

D.     Pesan Moral
“Pemenang kehidupan, bukanlah orang yang tidak pernah mengalami kegagalan, penyesalan, maupun dukacita dalam hidupnya, tetapi seorang pemang adalah orang yang pernah mengalami penyesalan, kegagalan, dan dukacita. Namun, mampu bangkit dari penyesalan dan dukacita serta melupakan kepahitan masa lalu yang kelam”

0 comments:

Post a Comment