.post img:hover { -moz-trnasform: scale(1.3) ; -webkit-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3) ; -ms-transform: scale(1.2) ; transform: scale(1.3) ;}

MELACAK KATA SENI

15:38 |



MELACAK KATA SENI

Kata seni berasal dari kata "SANI" yang artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Namun menurut kajian ilmu di Eropa, ahli seni mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya adalah barang atau karya dari sebuah kegiatan.
Berdasarkan penelitian para ahli seni menyatakan sudah ada ± sejak 60.000 tahun yang lalu. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan modern yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Modern adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada masanya adalah semata-mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figur yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia modern, membuat karya seni/penanda kebudayaan pada masanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya. Mungkin, dengan kata lain manusia modern adalah figur yang ingin menemukan hal-hal baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa zaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam.
Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa". Ini pun hanya ada pada setelah jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek individulistis.
Sejak kapan fungsi individulistis dari seni mulai tampak ?, katanya para sejarawan lagi, beliau-beliau mengatakan sejak seni memasuki jaman moderen. Kenapa ini bisa terjadi ? (ini kata saya sedikit mengutip kata-kata para ahli yang terdahulu). Karena mengikuti pola berfikir manusia yang maunya mencari kebaruan dan membuat perubahan (entah baik atau buruk).

Begini ceritanya. . . .
Dalam sejarah seni terjadi banyak pergeseran sejak renaisans atau bahkan sebelumnya , basis-basis ritual dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat. Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi, dan setiap kegiatan bersenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi karya seni menjadi individualistis.
Seni pada zaman modern mengalami perubahan atau pembagian yakni, seni murni atau seni terapan/seni dan desain yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir kesenian yaitu “Theodor Adomo” diberi nama "Seni Tinggi" untuk Seni Murni dan "Seni Rendah" untuk Seni Terapan atau Desain. Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adomo menganggap seni harus berbeda harus berbeda dengan benda lain (barang); ia harus mempunyai "sesuatu". Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan dari atas oleh seorang produsen.
Terakhir kita menuju pada jaman Post-moderen/Kontemporer. Di zaman Kontemporer ini bentuk kesenian lebih banyak perubahannya baik secara kebendaan atau kajian estetiknya, yang lebih dahsyat lagi landasan logikanya.

Ilustrasi. . . .
Di era Kontemporer ini ingatan-ingatan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni itu harus mempertimabangkan etika sosial, etika agama atau etika-etika yang lain. Namun, sekarang mungkin bisa jadi hanya sebagai aturan usang. Kondisi ini terjadi karena seniman sudah pada titik jenuh dan marah "mungkin". Marah atau jenuh pada siapa?
1.      Pada lingkungannya atau pada sesuatu yang telah ada
2.      Atau para seniman marah dan muak pada perlakuan pasar kapitalismeyang menurutnya terlalu radikal terhadap karya seni. Yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal karya seni itu sebelum dinilai adalah "nol". Selebihnya adalah makna, ide, representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi "politik" dan "sejarah", perlawanan, luka, kekecawaan, paradigma, atau sekedar main-main belaka, dll (ini katanya Adi Wicaksono seorang seniman dari Jogya.
3.      Atau para seniman marah pada kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu sembrono sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan.

Di era kontemporer ini juga banyak lahir bentuk seni yang baru, contohnya:
1.      Klik Art
Dalam pembuatannya seseorang tidak harus membuatnya dengan Hand Made (melukisnya sendiri). Dalam Klik Art ini siapa saja bisa membuat lukisan dengan memanfaatkan gambar yang ada atau lukisan orang lain yang mungkin di rubah atau ditambahi bahkan dikurangi.
Dalam klik art ini kamu harus bisa mengoperasikan komputer dan progaram- progaramnya yang di gunakan dalam kegiatan ini, contohnya: Corel Draw, Photosop, atau yang lainnya.
2.      Net Art
Adalah bentuk seni yang mana dalam pamerannya dilakukan diruang maya (Internet), di net art ini kamu bisa mengubah gambar atau mengurangi dan menambahi, atau mungkin bisa mangganti inisial pembuatnya dengan nama yang lain. Walaupun kita merubah atau mengganti inisial penciptanya pada karya net art ini sipembuat akan semakain bangga karena ia merasa menang dan puas karena karyanya ternyata interaktif dan lebih parah lagi kamu sudah masuk perangkap permainan sang pembuat.
3.      Vidio Art/video instalasi
Video art ini tidak beda dengan seni instalasi yang mana dalam aktulisasinya si seniman memanfatkan teknologi televisi yang terkoneksi dengan video atau komputer, dan disampaikan si kreator itu di serahkan pada seonggok mesin, tapi terkadang si kreator juga menyertakan tubuhnya atau tubuh orang lain, yang sepertinya kita melihat itu mirip seni pertunjukan. Namun ini bukan seni pertunjukan, karena masih ada unsur rupanya, namun juga bukan seni rupa, karana dalam video art ini unsur gerak, bunyi, dan sastra juga di pakai.

0 comments:

Post a Comment