.post img:hover { -moz-trnasform: scale(1.3) ; -webkit-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3) ; -ms-transform: scale(1.2) ; transform: scale(1.3) ;}

MAKALAH DAYA OTOT TUNGKAI

10:02 |

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan arah kebijakan pembangunan nasional pasca reformasi yang memberikan dominasi pada kepentingan publik diantaranya tantangan terhadap pembangunan, olahraga tidaklah semakin ringan. Dari semua itu Pendidikan yang dapat memberikan sumbangan berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya. Sehubungan dengan hal tersebut olahraga ditanah air perlu ditingkatkan perkembangan dan pembinaannya. Melihat dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang diinginkan dimasa depan telah tercantum didalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab” (UUSPN, 2003 : 7) Bila diperhatikan kutipan di atas mengandung harapan terhadap manusia Indonesia yang diinginkan dimasa depan yakni manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi aspek psikis dan aspek fisik. Di lihat dari aspek fisik Pendidikan Jasmani dan Olahraga merupakan salah satu unsur penting dalam peningkatan kualitas SDM dan masyarakat Indonesia, karena pengembangan SDM yang berkualitas tidak terbatas pada aspek Psikis Intelektual semata. Atletik adalah olahraga yang membutuhkan kondisi fisik seperti kekuatan kecepatan, koordinasi gerak dan lain-lain. Di dalam atletik terdapat beberapa nomor yang menjadi materi dalam perkuliahan yang harus dipelajari oleh mahasiswa salah satunya adalah nomor tolak peluru. Nomor ini tergolong pada olahraga anaerobik yang memiliki intensitas yang tinggi dan waktu yang sangat cepat dalam pelaksanaan geraknya. Kondisi fisik yang dominan pada nomor tolak peluru ini adalah daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan di samping kondisi fisik lainnya. Untuk itu agar dapat melakukan tolakan dengan maksimal maka kondisi fisik ini harus menjadi perhatian bagi mahasiswa yang melakukan tolak peluru dalam mata kuliah atletik. Peranan kondisi fisik dalam melakukan suatu keterampilan olahraga sangat penting sekali. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harsono (1998). Kondisi fisik baik maka akan terjadi : 1). Peningkatan kemampuan sistim sirkulasi dan kerja jantung 2). Peningkatan kekuatan, kelentukan, daya tahan, dan kemampuan kondisi fisik lainnya 3). Ekonomis gerakan yang lebih pada tujuan latihan 4). Pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan 5) Respon yang cepat dari organisme tubuh apabila respon tersebut diperlukan. Berdasarkan kutipan di atas kondisi fisik daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam melakukan tolak peluru akan menunjang terhadap ekonomis gerakan dan respon yang cepat dari organ tubuh, hal ini sangat berguna dalam melakukan gerakan lanjutan dalam tolak peluru. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan bahwa kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu masih rendah, hal tersebut dapat dilihat pada saat mahasiswa melakukan tolak peluru dalam pembelajaran. Permasalahan masih rendahnya kemampuan tolak peluru sebagian besar siswa SMAN 1 Ujung Batu. Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah kondisi fisik yang kurang bagus karena olahraga tolak peluru merupakan olahraga yang dominan membutuhkan kondisi fisik. Diantaranya kondisi fisik internal berupa asupan gizi yang akan mempengaruhi fsikologis seseorang, fsikologis tersebut juga dapat mempengaruhi terhadap daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai dan kekuatan otot tungkai, sedangkan kondisi fisik eksternal berupa teknik awalan, koordinasi gerakan, dan teknik pelepasan peluru akan mempegaruhi kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan identifikasi masalahnya sebagai berikut : 1. Apakah daya ledak otot tungkai berkontribusi terhadap kemampuan tolak peluru ? 2. Apakah daya ledak otot lengan berkontribusi terhadap kemampuan tolak peluru ? 3. Apakah kekuatan otot tungkai berkontribusi terhadap kemampuan tolak peluru ? 4. Apakah koordinasi gerak berkontribusi terhadap kemampuan tolak peluru ? 5. Apakah teknik awalan tolak peluru berkontribusi terhadap kemampuan tolak peluru ? 6. Apakah teknik pelepasan peluru berkontribusi terhadap kemampuan tolak peluru ? C. Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan referensi, dana, waktu dan tenaga yang dimiliki penulis, maka penelitian ini dibatasi hanya pada : 1. Daya ledak otot tungkai 2. Daya ledak otot lengan D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana daya ledak otot Tungkai siswa SMAN 1 Ujung Batu?. 2. Bagaimana daya ledak otot lengan siswa SMAN 1 Ujung Batu?. 3. Bagaimana kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu?. 4. Bagaimana kontribusi daya ledak otot Tungkai terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu?. 5. Bagaimana besar kontribusi daya ledak otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu?. 6. Bagaimana besar kontribusi daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan secara bersama terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu?. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. 2. Kontribusi daya ledak otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. 3. Kontribusi daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan secara bersma terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan yang berarti dan bermamfaat bagi : 1. Mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan Pendidikan Olahraga sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan tolak peluru dalam perkuliahan atletik. 2. Bagi para dosen, pelatih sebagai masukan untuk merencanakan perkuliahan dan program latihan tolak peluru. 3. Bagi para atlet tolak peluru untuk pedoman latihan dalam meningkatkan kemampuan daya ledak dan meningkatkan prestasi tolak peluru. 4. Para peneliti berikutnya sebagai bahan acuan pada penelitian yang relevan. 5. Kepustakaan, sebagai bahan bacaan untuk manambah ilmu pengetahuan. 6. Bagi penulis, sebagai pengalaman baik tentang metode penelitian maupun keilmuan yang berkenaan dengan daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru. Serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan (S.Pd). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ajian Teori 1. Tolak Peluru Tolak peluru merupakan salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga. Atletik yang tergolong kepada olahraga tolak peluru selalu di perlombakan pada event-event atletik resmi baik dalam daerah nasional regional dan internasional. Tujuan dari tolak peluru secara maksimal untuk mencapai jarak sejauh mungkin. Dalam nomor tolak peluru, alat yang digunakan berbetuk bulat padat seperti bola yang terbuat dari besi, baja atau kuningan. Peluru yang dipakai menurut PB. PASI (2002) “untuk senior putra beratnya 7,26 kg dan untuk senior putri beratnya 4 kg. sedangkan berat peluru untuk yunior putra 5 kg dan untuk yunior putri 3 kg”. Pokoknya berat peluru disesuaikan dengan kelompok umur, berarti sesuai dengan peraturan PB. PASI. Tolak peluru merupakan olahraga yang membutuhkan kecepatan dalam melakukan awalan agar mendapatkan tolakan yang optimal semua itu dapat dilihat pada saat kita melakukan tolak peluru dengan gerak meluncur mula-mula peluru di pegang pada salah satu tangan dan peluru di letakkan di pangkal jari, itu berguna untuk menjaga agar peluru tetap stabil kemudian di letakkan pada leher di bawah dagu dan bersiap untuk meluncur dengan sikap salah satu kaki terkuat di depan kemudian bergeser ke belakang atau kesamping tergantung teknik yang kita gunakan kemudian masuk kepada power position (posisi yang kuat untuk menolak) dan putar badan kearah tolakan sambil menolak peluru sekuat mungkin dan dilanjutkan dengan gerakkan (Follow Through) untuk menjaga keseimbangan badan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada uraian teknik tolak peluru berikut : a. Cara Memegang Sebagaimana dalam nomor lempar dan tolak. Anggota tubuh yang paling dominan atau penting adalah. Tangan berfungsi sekali untuk memindahkan alat dari suatu titik ke titik yang lain. Cara memegang yang dipakai biasanya adalah seperti kita melakukan memutar bola lampu, baik seakan mau memasang maupun pada saat akan membuka bola lampu tersebut. Cara memegangnya adalah dengan jari-jari terbuka, dan pada telapak tangan akan terbentuk suatu rongga, bila dimasukkan ibu jari, maka peluru tersebut akan terletak diantara ruas-ruas jari tangan. Dengan kata lain peluru diletakan pada ujung telapak tangan siku sebagai sentral, dibuka di samping badan seakan membuat sudut lebih kurang 90 derajat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini : Sumber : Aip Syarifuddin (1992:146) Gambar 1. Cara Memegang Peluru Sumber : Aip Syarifuddin (1992:146) Gambar 2. Cara Memegang Peluru b. Awalan Pada tahap awalan ini, mahasiswa mengambil awalan dengan menyamping arah tolakan (teknik ortodoks). Titik berat badan berada pada salah satu kaki . salah satu kaki mengayun kesamping badan sejajar mengayun dengan kaki atau sedikit condong ke depan untuk menahan beratnya peluru, bersamaan dengan itu kaki yang menjadi titik berat badan sedikit ditekuk. Sedangkan tangan yang lainnya sejajar berada di depan dada. Agar lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar dibawah ini : Sumber : Aip Syarifuddin (1992:147) Gambar 3. Sikap Badan Menyamping Pada Waktu Akan Menolak c. Sikap Tolakan Setelah salah satu kaki yang melakukan gerakan ayunan. Tubuh yang codong ke belakang bergerak mengikuti gerakan bahu ke arah tolakan. Sedangkan posisi kepala, masih sedikit dimiringkan ke arah letaknya peluru di atas bahu. Dengan kata lain seluruh tubuh telah menghadap ke arah tolakan untuk melakukan suatu gerakan tolakan dengan posisi kepala seakan-akan meniduri peluru. Untuk lebih memahami dapat memperhatikan gambar berikut ini: Sumber : Aip Syarifuddin (1992:252) Gambar 4. Tolak Peluru dengan Awalan Menyamping d. Tolakan Dengan memanfaatkan tenaga yang berasal dari tungkai, pinggung, tubuh dan lengan dengan menahan bagian kiri badan tegar/tetap bila menolak dengan tangan kanan, membawa lengan kiri yang bebas untuk menjaga kestabilan tubuh, maka proses tolakan terjadi dalam posisi tubuh frontal dengan peregangan tungkai, lengan dan badan. Perhatian gambar di bawah ini: Sumber : Aip Syarifuddin (1992:148) Gambar 5. Menolakkan Peluru Dari Sikap Badan Menyamping e. Pengembalian keseimbangan Untuk menjaga keseimbangan sebagai lanjutan gerakan yang telah dilakukan, maka si penolak melakukan gerakan berputar, dengan cara menukarkan kaki kiri bergerak ke belakang berat badan. Hal ini dilakukan karena potensi tubuh akan terdorong ke arah depan (Follow Through), sedangkan kaki kanan dan tubuh sedikit merendah. Dari semua unsur gerakan di atas, maka di lihat dari ciri-ciri koordinasi gerak dimulai dari struktur gerakan, maka jalannya gerakan terhadap tolak peluru dapat di kelompokan dalam beberapa fase. Menurut Erizal Nurmai, 2006 yakni : a. Fase Awal, terdiri dari : 1) Cara memegang peluru 2) Awalan b. Fase Utama, terdiri dari : 1) Sikap menolak 2) Tolakan c. Fase Akhir, yaitu : Pengembalian keseimbangan 2. Daya Ledak Otot Tungkai Daya ledak otot tungkai dapat didefinisikan sebagai salah satu kemampuan dari kelompok otot untuk menghasilkan kerja dalam waktu yang singkat. Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk mengatasi beban dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Elemen ini merupakan produk dari kemampuan kekuatan dan kecepatan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam berolahraga yang memiliki unsur tolak, lompat/loncat, sprint dan tendangan. Otot tungkai kaki secara anatomi adalah dari tungkai bagian bawah dan tungkai bagian atas dan otot tungkai bagian belakang. Berikut gambar otot tungkai kaki beserta namanya : Sumber : Syaifuddin (1997:43) Gambar 6. Anatomi Otot-otot Tungkai Bagian Atas Sumber : Syaifuddin (1997:42) Gambar 7. Anatomi Otot-otot Tungkai Bagian Bawah Sumber : Syaifuddin (1997:47) Gambar 8. Anatomi Otot-otot Tungkai Bagian Belakang Penjelasan dari semua gambar di atas adalah otot tungkai yang terlibat dalam kegiatan menolak antara lain, otot tensor fasialata, otot adductor paha, otot gluteus maksimus, otot vastus lateralis, otot sartorus, otot tabialis anterior, otot rectus femoris, otot gastrocnemius, otot proneus longus, otot soleus, otot ektensor digitorium longus, otot abductor, otot paha medial dan otot paha lateral. Kekuatan dan kecepatan atau daya ledak otot pada dasarnya adalah kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk melakukan kerja tertentu, dalam hal ini yaitu dalam melakukan gerakan cabang olahraga tolak peluru. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot tungkai Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot tungkai, adalah daya ledak ditentukan oleh unsur kekuatan dan kecepatan, namun ditinjau secara rinci perkembangan daya ledak dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Mark Moth dalam Syafruddin (1999:48) daya ledak tergantung pada : “1) kekuatan otot, 2) kecepatan kontraksi yang terkait, 3) serabut otot lambat dan cepat, 4) besarnya beban yang kita gerakkan, 5) panjang otot waktu otot berkontraksi, dan 6) sudut sendi”. Adapun faktor lain yang mempengaruhi daya ledak adalah kecepatan kontraksi otot yang terkait dalam hal ini yang berperan adalah jenis serabut otot lambat dan cepat. Kecepatan kontraksi juga merupakan yang penting karena daya ledak akan timbul bila dipadukan antara kekuatan dan kecepatan dengan kata lain kecepatan merupakan indikator adanya daya ledak. Daya ledak juga ditentukan oleh besarnya beban, terlalu besar beban maka otot akan menjadi lambat dalam bergerak karena otot tidak mampu bergerak secara cepat sebaliknya bila beban terlalu kecil dan rendah maka kekuatan otot tidak bisa dikembangkan. Selain kecepatan kontraksi, faktor lain yang mempengaruhi daya ledak otot adalah sudut sendi. Sudut sendi akan mempengaruhi kekuatan otot. Pengalaman membuktikan bahwa untuk loncat tegak, sudut sendi yang bersar dari 90 derajat menghasilkan daya ledak otot yang berlebihan dari sudut sendi yang kecil dari 90 derajat. Faktor fisiologis yang kekuatan kontraksi otot adalah usia, jenis kelamin dan suhu otot. Di samping itu, faktor lainnya adalah jenis serabut otot, luas otot kerangka, sitem metabolisme energi. Menurut Astrand dalam Arsil (1999:75) menyatakan “faktor yang mempengaruhi kecepatan adalah kelenturan, tipe tubuh, usia dan jenis kelamin”. Bompa dalam Arsil (1999:75) mengemukakan “kecepatan adalah keturunan dan bakat bawaan, waktu reaksi kemampuan mengatasi tahanan luar, teknik, koordinasi dan semangat serta elastisitas otot”. b. Peranan daya ledak otot tungkai Daya ledak sering disebut power karena proses kerjanya anaerobik yang memerlukan waktu yang cepat dan tenaga yang kuat, kemampuan ini merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan. Peranan daya ledak otot tungkai adalah dapat mengangkat beban dalam waktu singkat misalnya jika ada orang yang dapat mengangkat beban yang baratnya 50 kg, akan tetapi beban orang tersebut mengangkat beban dengan cepat maka bisa dikatakan orang tersebut memiliki daya ledak yang baik dari pada orang yang mengangkat beban dalam waktu lebih lama. Dalam penelitian ini, otot-otot tungkai yang memiliki daya ledak yang kuat akan membuktikan bahwa untuk olahraga atletik cabang tolak peluru sangat butuh, karena saat melakukan awalan dan tolakan memerlukan daya ledak otot tungkai yang baik sebagai penentu hasil tolakan peluru. 3. Daya Ledak Otot Lengan Lengan kita dapat bergerak menolak peluru disebabkan adanya kontraksi otot. Unit dasar dari sistem otot adalah serat otot. Beberapa serabut otot membentuk suatu unit motor yang masing-masing unit mempunyai kepekaan sendiri-sendiri. Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi dan dengan jalan demikian, maka suatu gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sifat sel dari jaringan lain. Semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil. Bila otot dirangsang maka akan timbul masa latent yang pendek yaitu sewaktu rangsangan diterima, kemudian otot berkontraksi, yang berarti menjadi pendek dan tebal dan akhirnya mengendor dan memanjang kembali. Daya ledak otot adalah komponen kondisi fisik, sekarang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Karena sistem otot itu dikendalikan oleh sistem saraf, maka kondisi sistem saraf juga akan sangat mempengaruhi kegiatan otot. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja otot antara lain adalah, ”sistem saraf, suhu, keasaman darah, kadar elektrolit darah, bahan-bahan kimia sisa metabolisme serta gangguan pada sistem penyediaan sistem tenaga” (Sugiyanto, 1991:19). Telah diterangkan bahwa daya ledak otot sangat diperlukan dalam melempar atau mengayun. Disini akan diuraikan bahwa suatu tolakan memerlukan otot lengan (khususnya triseps). Triceps brachii melekat dibelakang dorsal lengan atas. Fungsi dari otot triseps adalah untuk ekstensi lengan. Tolak peluru sendiri memerlukan gerak ekstensi hasil kerja dari otot triceps brachii. Semakin kuat dan cepat triceps brachii berkontraksi maka makin besar pula daya ekstensi yang kan ditimbulkan sehingga menghasilkan tolakan yang lebih jauh. Dalam hal menolak, tenaga dihasilkan oleh daya ledak otot lengan atau dengan kata lain dihasilkan oleh kekuatan otot lengan dikalikan dengan kecepatan dan kekutan otot lengan. Struktur anatomi otot lengan sebagai berikut : Sumber : Syarifuddin (1997:43) Gambar 9. Otot-otot Lengan B. Kerangka Konseptual Dalam suatu gerakan tolak peluru daya ledak otot tungkai sangat berperan penting dalam setiap cabang olahraga, termasuk dalam olahraga atletik. Pada saat melakukan gerakan pelepasan, tolak peluru di mulai ketika saat melakukan awalan dan tolakan memerlukan daya ledak otot tungkai yang baik sebagai penentu hasil tolakan peluru. Daya ledak otot lengan mempunyai peranan yang saat penting, yaitu pada saat menolak peluru sangat dibutuhkan sekali daya ledak otot lengan. Apabila daya ledak otot lengan kurang baik, maka tangan sebagai sentral untuk menolak peluru tidak dapat melakukan gerakan secara cepat dan kuat, sehingga hasil tolakan yang dicapai tidak maksimal. Berdasarkan uraian di atas, untuk menjelaskan keterkaitan antara variable bebas yaitu daya ledak otot tungkai (X1) dan daya ledak otot lengan (X2) dan variable terikat yaitu kemampuan tolak peluru (Y), maka akan dijelaskan dalam betuk kerangka konseptual di bawah ini : Gambar 10. Kerangka Konseptual C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual di atas maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Terdapat kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. 2. Terdapat kontribusi daya ledak otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. 3. Terdapat kontribusi daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan secara bersama terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis, Waktu, dan Tempat Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan mencari seberapa besar kontribusi daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. 2. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2011. Tempat penelitian di Lapangan SMAN 1 Ujung Batu. B. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:117). Pada penelitian ini yang dijadikan populasi adalah siswa SMAN 1 Ujung Batu kelas X 1 IPA 1 yang berjumlah 27 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian menurut Sugiyono (2007:118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007:118). Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Arikunto (2006:130) mengemukakan “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah populasi besar dari 100 dapat diambil sampel antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 orang. C. Defenisi Oprasional 1. Daya Ledak Otot Tungkai (X1) Daya ledak atau daya otot (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktuyang sependek-pendeknya (M. Sajoto, 1995 : 8). Daya ledak tungkai adalah kemampuan untuk mempergunakan kekuatan maksimum dalam waktu yang singkat sehingga tolakan yang diberikan oleh otot tungkai adalah tolakan dengan kekuatan maksimum. Daya ledak otot tungkai dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa SMAN 1 Ujung Batu melakukan lompatan sebanyak 3 kemudian diambil hasil lompatan tertinggi, sebelum dimasukan kedalam rumus terlebih dahulu dicari beda raihan dan lompatan, baru kemudian diolah dengan rumus (Fox (1993:658) : P = (√4,9 (weigth) . √D*) 2. Daya Ledak Otot Lengan (X2) Seperti keteranga di atas daya ledak adalah kemampuan kekuatan maksimal seseorang yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Pengukuran daya ledak adalah hasil kali dari berat dan jarak dibagi waktu. Dalam penelitian ini daya ledak yang dimaksud adalah kemampuan daya ledak otot lengan siswa SMAN 1 Ujung Batu dalam menolak bola medicen seberat 3 kg secara maksimal yang diukur jarak dan waktunya dengan pengulangan sebanyak 3 kali kemudian dimabil hasil jarak dan waktu tertinggi. Baru kemudian diolah dengan rumus (Arsil, 2010:105) : 3. Kemampuan tolak peluru (Y) Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak suatu benda yang berbentuk bulat dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya dengan menggunakan beberapa bentuk gaya. Hasil diukur dari garis lingkaran yang berhubungan dengan garis batas sektor lemparan sampai ketitik terdekat jatuhnya peluru pada tanah, dalam satuan meter. Hasil yang dipakai adalah jarak terjauh dari tiaptiap siswa. D. Jenis Data dan Sumber data 1. Jenis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari siswa SMAN 1 Ujung Batu melalui tes dan pengukuran yaitu daya ledak otot tungkai, daya ledak otot lengan dan hasil tolak peluru . Sedangkan data skunder adalah data yang berupa nama-nama siswa SMAN 1 Ujung Batu. 2. Sumber Data Data yang diperoleh bersumber dari hasil tes daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan, serta hasil tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes terhadap siswa SMAN 1 Ujung Batu yang di jadikan sampel. Teknik pengmpulan data yang dilakukan penelitian ini tiga jenis data yaitu : a. Tes daya ledak otot tungkai dengan mengunakan tes vertical jump b. Tes daya ledak otot lengan dengan mengunakan tes medicine ball put. c. Tes kemampuan tolak peluru dengan melakukan kemampuan tolak peluru. 2. Instrument Penelitian a. Tes daya ledak otot tungkai Daya ledak otot tungkai ditentukan dengan test kondisi fisik Vertical Jump Test tujuan melihat kemampuan daya ledak otot tungkai (Arsil, 2010:98). Peralatan tes : 1) Papan meteran 2) Serbuk kapur 3) Dinding 4) Alat tulis 5) Belangko tes Pelaksanaan tes : 1) Sampel menuju tempat tes vertical jump dengan terlebih dahulu ujung jari di beri serbuk kapur, 2) Sampel tegak lurus menyamping tembok (dinding) dengan tumit tidak di angkat, kemudian tangan yang ujung-ujung jari telah di beri serbuk kapur meraih setinggi-tingginya pada dinding yang telah ditempeli papan meteran, sehingga dapat dilihat dengan jelas tinggi raihan pada papan meteran tersebut 3) Kemudian sampel mengambil ancang-ancang dengan menekuk lutut (merendahkan badan) 4) Setelah itu loncatan lurus ke atas setinggi-tingginya dengan tangan yang ujung jari yang telah di beri serbuk kapur pada saat meluruskan tangan sampai menyentuh papan meteran yang di tempelkan di dinding tersebut 5) Sampel di beri kesempatan untuk melakukan lompatan sebanyak tiga kali, hasil lompatan tertinggi akan dijadikan data. 6) Setiap sampel diukur sesuai dengan prosedur di atas. Score diambil berdasarkan perbedaan jarak antara dua tanda (raihan dengan lompatan). 7) Power otot tungkai dihitung berdasarkan unit formula (kg-m/sec) dengan rumus (Fox, 1993:658) : P = (√4,9 (weigth) . √D*) Keterangan: P = Daya ledak (Power) Weigth = Berat badan D* = Beda Raihan dan Lompatan Sumber. Arsil (2010:102) Gambar11. Pelasanaan Vertical Jump Test b. Tes daya ledak otot lengan Daya ledak otot lengan ditentukan dengan menggunakan alat tes two hand medicine ball put dengan berat 3 kg (Sajoto, 1995:73). Peralatan tes : 1) Medicine Ball Put (bola berbeban) 2) Meteran 3) Bagku 4) Sabuk 5) Blangko daya ledak otot lengan 6) Alat tulis Pelaksanaan tes : 1) Sampel duduk di kursi dengan tangan lurus dan bersandar dengan pandangan kedepan, pegang bola medicine dengan kedua tangan tepat di depan dada, sampai bola menyentuh dada. 2) Lakukan mendorong bola secara maksimal sehingga diperoleh jarak yang jauh. Pada saat mendorong bola badan harus tetap pada posisinya, untuk itu dada ditahan dengan sabuk oleh pembantu tes yang lainya. 3) Sampel diberi kesempatan untuk melakukan test sebanyak 3 kali, setiap kali akan melakukan pengetesan diberikan interval waktu istirahat selama 30 detik sebelum melakukan berikutnya. 4) Hasil dari 3 pengulangan yang dimabil hanya jarak dan waktu tertinggi, kemudian diolah dengan rumus (Arsil, 2010:105) : Keterangan : P = Power atau daya ledak otot W = Weight atau berat badan D = Distance atau jarak dalam hal ini lemparan Medicine Ball Put t = Time atau waktu pelaksanaannya dapat di lihat pada gambar di bawah ini : Sumber. Depdikbud (1997:26) Gambar 12. Pelaksanaan Test Two Hand Medicine Ball Put c. Tes kemampuan tolak peluru Untuk mengumpulkan data pada kemampuan tola peluru digunakan tes tolak peluru. Tes ini dilaukan dalam bentuk penampilan sesuagguhnya atau dalam situasi bertanding. Tes kemampuan tolak peluru bersifat subjektif yang dilaukan dengan analisis secara rasional melalui pengamatan terhadap teknik dan kualitas tolakan. Peralatan tes : 1) Peluru 7.26 kg untuk putra. 2) Meteran 3) Lapangan tolak peluru Pelaksanaan tes : 1) Testi diminta menolakan peluru dengan awalan 2) Testi diberikan kesempatan masing-masing tiga kali menolak peluru Penilaian tes : Hasil diukur dari garis lingkaran yang berhubungan dengan garis batas sektor lemparan sampai ketitik terdekat jatuhnya peluru pada tanah, dalam satuan meter. Hasil yang dipakai adalah jarak terjauh dari tiap-tiap mahasiswa. Sumber. PB. PASI (2002:153) Gambar 13. Lapangan Tolak Peluru F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu: 1. Analisis Deskriptif Persentase Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan analisis data ini adalah sebagai berikut a. Membuat table distribusii angket. b. membuat kelas interval. 1) Menetukan nilai tertinggi dan teredah 2) Menentukan nlai rentang (R) dengan rumus : R = skor tertinggi – skor terendah 3) Menentukan banyak kelas (BK) dengan rumus : BK = 1 + 3.3 (Log n) 4) Menetukan nilai panjang kelas (i) dengan rumus : c. Menentukan frekuensi skor ke dalam kelas iterval. d. Menetukan frekuensi persentase total skor kedalam rumus sebagai berikut : Keterangan : f = Frekuensi nilai/skor yang diperoleh N = Jumlah seluruh sampel 2. Analisis Korelasi Analisis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Sebelum analisis korelasi dilakukan terlebih dahulu data yang diperoleh dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas dianalisa dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikasi (Sig) atau nilai probabilitas (p) > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji persaratan analisis barulah data tersebut dilakukan uji analisis korelasi untuk membuktikan kebenaran hipotesis yaitu uji simultan (uji F), dan uji persial (uji t). a. Analisis Korelasi Ganda Analisis in berfungsi untuk mencari besarnya pengaruh atau kontribusi antara dua variable (X) atau lebih ecara bersama (simultan) dengan variable terikat. Rumus korelasi ganda yang digunakan adalah sebagai berikut : Keterangan : R = Nilai koefisien korelasi ganda x1x2 = skror variebel bebas y = skor variebel terikat b. Analisis Koefisien Korelasi Analisis koefisien korelasi digunakan untuk menghitung kadar pengaruh atau kontribusi variabel X terhadap variabel Y yang diberi symbol rxy untuk menghitung koefisien korelasi (rxy) digunakan rumus korelasi product moment : Keterangan: rxy = Koefisien korelasi variabel x dan variabel y n = Jumlah responden ∑x = Jumlah skor item ∑y = Jumlah skor seluruh item xy = Jumlah hasil perkalian skor x dengan y c. Persamaan Regresi 1) Persamaan gegresi untuk 1 variabel bebas (sederhana). Keterangan : Ŷ = Nilai yang diprediksikan a = Konstanta atau bilangan harga X = 0 b = Koefisien regresi X = Nilai variabel bebas 2) Persamaan gegresi untuk 2 variabel bebas (sederhana). d. Uji Persial (uji t) Uji persial atau uji t bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengarh antara 1 variabel bebas terhadap variable terikat. Nilai t dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut : Keterangan : r = Koefisien korelasi n = Banyaknya sample Apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dengan demikian variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat yang ada dalam model. Sebaliknya thitung < ttabe maka Ho diterima dengan demikian variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikat atau dengan kata lain tidak ada pengaruh di antara dua variabel yang diuji. e. Uji Simultan (uji F) Uji simultan atau uji F bertujuan untuk mengetahui hubungan secara bersama anara 2 variable bebas atau lebih terhadap variable terikat. Nilai Fhitung dapat tentukan dengan formula : Keterangan : R2 = Koefisien korelasi ganda K = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sample Fhitung= Nilai F yang dihitung Apabila hasil perhitungan Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dengan memikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari model regresi berganda tidak mampu menjelaskan variabel terikat. f. Koefisien Determinasi Perhitungan koefisien determinassi dilakukann untuk mengetahui besarnya pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel teikat. Keterangan : P = besar kontribusi r 2 = koefisien korelasi Keseluruhan data diolah dengan menggunakan sistem SPSS versi 15.0 pada tingkat signifikansi 0,05 α. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data Penelitian Untuk memperoleh gambaran tentang data hasil penelitian yang telah dilakukan maka berikut ini akan disajikan deskripsi data hasil penelitian tentang kontribusi daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. Derkripsi secara umum dapat dilihat pada table dibawah ini : Table 3. Deskripsi Data Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai, Daya Ledak Otot Lengan dan Kemampuan Tolak Peluru. Daya Ledak Otot Tungkai Daya Ledak Otot Lengan Kemampuan Tolak Peluru N 27 27 27 Mean 90.67 27.56 5.50 Std. Deviation 16.827 6.66 .944 Minimum 65.34 15.58 4.00 Maximum 128.35 45.44 7.54 Jelasnya secara deskriptif dapat disajikan sebagai berikut : 1. Daya Ledak Otot Tungkai Data yang diperoleh dari hasil pengukuran daya ledak otot tungkai siswa SMAN 1 Ujung Batu yang berjumlah 27 orang, distribusi frekwensi skornya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Distribus Frekuensi Data Daya Ledak Otot Tungkai No Kelas Interval F f % 1 2 3 4 5 6 117.89 ≥ 107.38 – 117.88 96.87 – 107.37 86.36 – 96.86 75.85 – 86.35 ≤ 75.84 3 1 2 7 9 5 11.11 3.70 7.41 25.93 33.33 18.52 Jumlah 27 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa daya ledak otot tungkai dari 27 orang, capaian frekuensi terbayak terdapat pada kelas interval 75.85 – 86.35 yaitu dengan jumlah siswa sebanyak 9 orang atau sebesar 33.33%. Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut : Grafik 1. Histogram Frekuensi Data Daya Ledak Otot Tungkai Seperti terlihat pada tabel dan grafik di atas, hasil pengukuran daya ledak otot tungkai siswa SMAN 1 Ujung Batu dapat dikelompokan dalam 6 kelas interval yaitu 3 (11.11%) siswa masuk daya ledak otot tungkai dalam kelas interval 117.89 ≥, 1 (3.70%) siswa masuk daya ledak otot tungkai dalam kelas interval 170.38 – 117.88, 2 (7.41%) siswa masuk daya ledak otot tungkai dalam kelas interval 96.87 – 107.37, 7 (25.93%) siswa masuk daya ledak otot tungkainya dalam kelas interval 86.36 – 96.86, 9 (33.33%) siswa masuk daya ledak otot tungkainya dalam kelas interval 75.85 – 86.35 dan 5 (18.52%) siswa masuk daya ledak otot tungkai dalam kelas interval ≤ 75.84. 2. Daya Ledak Otot Lengan Data yang diperoleh dari hasil pengukuran daya ledak otot lengan siswa SMAN 1 Ujung Batu yang berjumlah 27 orang, distribusi frekwensi skornya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5. Distribus Frekuensi Data Daya Ledak Otot Lengan No Kelas Interval f f % 1 2 3 4 5 6 40.53 ≥ 35.54 – 40.52 30.55 – 35.53 25.56 – 30.54 20.57 – 25.55 ≤ 20.56 2 10 7 5 1 2 7.41 37.04 25.93 18.52 3.70 7.41 Jumlah 27 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa daya ledak otot lengan dari 27 orang, capaian frekuensi terbayak terdapat pada kelas interval 35.54 – 40.52 yaitu dengan jumlah siswa sebanyak 10 orang atau sebesar 37.04%. Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut : Grafik 2. Histogram Frekuensi Data Daya Ledak Otot Lengan Seperti terlihat pada tabel dan grafik di atas, hasil pengukuran daya ledak otot lengan siswa SMAN 1 Ujung Batu dapat dikelompokan dalam 6 kelas interval yaitu 2 (7.41%) siswa yang masuk daya ledak otot lengan dalam kelas interval 40.53 ≥, 1(3.70%) siswa masuk daya ledak otot lengan dalam kelas interval 35.54 – 40.52, 5 (18.52%) siswa masuk daya ledak otot lengan dalam kelas interval 30.55 – 35.53, 7 (25.93%) siswa masuk daya ledak otot lengan dalam kelas interval 25.56 – 30.54, 10 (37.04%) siswa masuk daya ledak otot lengan dalam kelas interval 20.57 – 25.55 dan 2 (7.41%) siswa masuk daya ledak otot lengannya dalam kelas interval ≤ 20.56. 3. Kemampuan Tolak Peluru Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu yang berjumlah 27 orang, distribusi frekwensi skornya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 6. Distribus Frekuensi Data Kemampuan Tolak Peluru No Kelas Interval f f % 1 2 3 4 5 6 7.00 ≥ 6.40 – 6.99 5.80 – 6.39 5.20 – 5.79 4.60 – 5.19 ≤ 4.59 2 2 6 8 3 6 7.41 7.41 22.22 29.63 11.11 22.22 Jumlah 27 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan tolak peluru dari 27 orang, capaian frekuensi terbayak terdapat pada kelas interval 5.20 – 5.79 yaitu dengan jumlah siswa sebanyak 8 orang atau sebesar 29.63%. Berdasarkan distribusi frekuensi tersebut di atas dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut : Grafik 3. Histogram Frekuensi Data Kemampuan Tolak Peluru Seperti terlihat pada tabel dan grafik di atas, hasil tes kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu dapat dikelompokan dalam 6 kelas interval yaitu 2 (7.41%) siswa masuk kemampuan tolak peluru dalam kelas interval 7.00 ≥, 2 (7.41%) siswa masuk kemampuan tolak peluru dalam kelas interval 6.40 – 6.99, 6 (22.22%) siswa masuk kemampuan tolak peluru dalam kelas interval 5.80 – 6.39, 8 (29.63%) siswa masuk kemampuan tolak peluru dalam kelas interval 5.20 – 5.79, 3 (11.11%) siswa masuk kemampuan tolak pelurunya dalam kategori 4.60 – 5.19 dan 6 (22.22%) siswa masuk kemampuan tolak peluru dalam kelas interval ≤ 4.59. 2. Analisis Data Penelitian 1. Uji Persyaratan Analisis Data Penelitian Persyaratan analisis yang digunakan adalah uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujiannya adalah nilai signifikan (Sig.) atau probabilitas (p) > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov Smirnov Test, hasil uji menujukkan bahwa data tidak berbeda nyata p > 0.05, artinya data tersebut berdistribusi normal. Hasil lengkap Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Daya Ledak Otot Tungkai, Daya Ledak Otot Lengan dan Kemampuan Tolak Peluru Variabel N D P Ket Daya Ledak Otot Tungkai (X1) 27 0.858 0.454 Normal Daya Ledak Otot Lengan (X2) 27 0.579 0.891 Normal Kemampua Tolak Peluru (Y) 27 0.703 0.707 Normal Ket : D = Nilai Hitung Kolmogorof Smirnov-Test. P = Probabilitas (sig. ) 2. Analisis Data Penelitian Pengelolaan dan analisis dilakukan terhadap hubungan serta kontribusi data daya ledak otot tungkai (X1) dan daya ledak otot lengan (X2) terhadap kemampuan tolak peluru (Y). ui statistic yang digunakan ada lah uji regresi ganda pada taraf signifikansi α = 0.05. Hasil analisis menunjukan bahwa daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan memiliki hubungan yang signifikan serta memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemampuan tolak peluru. Secara berurutan akan dijelaskan sebagai berikut : a. Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai (X1) terhadap Kemampuan Tolak Peluru (Y) Pengelolaan dan analisis koefisien korelasi (rx1y) dilakukan terhadap daya ledak otot tungkai (X1) terhadap kemampuan tolak peluru (Y). Hasil perhitungan dengan koefisien korelasi model summary menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0.520 (lihat lampiran 4) sedangkan nilai rtabel dilihat dari tabel distribusi r pada tingkat signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasannya (dk) = n – 2 (27 – 2 = 25), jadi rtabel = 0.381 (lihat lampiran 5). Keputusannya adalah karena nilai rhitung > rtabel atau 0.520 > 0.381, maka daya ledak otot tungkai memiliki hubungan dan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan tolak peluru. Lebih rincinya dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Persamaan Regresi Adapun persamaan regresi secara umum adalah sebagai berikut : Ŷ = a + b1 X1 Berdasarkan perhitungan analisis regresi, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = 2.856 + 0.520 X1 (lihat lampiran 4) Persamaan regresi sederhana tersebut menyatakan bahwa nilai positif pada konstanta sebesar 2.856 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari daya ledak otot tungkai (X1), maka kemampuan tolak peluru (Y) adalah 2.856. Koefisien regresi sebesar 0.520 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor dari daya ledak otot tungkai akan memberikan peningkatan skor kemampuan tolak peluru sebesar 0.520. 2) Uji t Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan kontirbusi antara kekuatan otot tungkai dengan hasil tolak peluru maka dilakukan uji t dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel pada taraf signifikan α = 0.05, jika nlai thitung > ttabel maka hipotesis diterima. Hasil pengujian dapat diketahui pada tabel di bawah ini : Tabel 8. Hasil Analisis Uji t Data Daya Ledak Otot Tungkai dan Kemampuan Tolak Peluru Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 2.856 0.883 3.233 0.003 Daya Ledak Otot Tungkai 0.029 0.010 0.520 3.045 0.005 Dari table di atas diketahui nilai thitung = 3.045, sedangkan nilai ttabel dilihat dari table distribusi t pada tingkat signifikan α = 0.05 dan derajat kebebasanya (dk) = n – 2 (27 – 2 = 25), jadi nilai ttabel = 1.708 (lihat lampiran 6). Karena nilai thitung > ttabel atau 3.045 > 1.708 maka hipotesis diterima, artinya daya ledak otot tungkai secara signifikan berhubugan dan memberikan kontribusi terhadap kemampuan tolak peluru. 3) Koefisien determinan (R2) Berikut ini adalah tabel yang menunjukan nilai dari R square : Tabel 9. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Data Daya Ledak Otot Tungkai dan Kemampuan Tolak Peluru Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .520(a) .270 .241 .82207 a Predictors: (Constant), Daya Ledak Otot Tungkai Untuk mengetahui besarnya kontribusi antara variabel X1 terhadap Y dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi yang dikuadratkan (R2). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien korelasinya adalah 0.520, setelah dikuadratkan menjadi 0.270, ini berarti nilai koefisien diterminannya adalah 0.270 x 100% = 27.0%, sedangkan sisanya sebesar 100% - 27.0% = 73.0%. Artinya bahwa daya ledak otot tungkai sebagai variabel bebas dapat memberikan kontribusi sebesar 27.0% pada variabel terikat yaitu kemampuan tolak peluru. Sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar variabel bebas. b. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan (X2) terhadap Kemampuan Tolak Peluru (Y) Pengelolaan dan analisis koefisien korelasi (rx2y) dilakukan terhadap daya ledak otot lengan (X2) terhadap kemampuan tolak peluru (Y). Hasil perhitungan dengan koefisien korelasi model summary menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0.630 (lihat lampiran 4) sedangkan nilai rtabel dilihat dari tabel distribusi r pada tingkat signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasannya (dk) = n – 2 (27 – 2 = 25), jadi rtabel = 0.381 (lihat lampiran 5). Keputusannya adalah karena nilai rhitung > rtabel atau 0.630 > 0.381, maka daya ledak otot lengan memiliki hubungan dan kontribusi yang signifkan terhadap kemampuan tolak peluru. Lebih rincinya dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Persamaan Regresi Adapun persamaan regresi secara umum adalah sebagai berikut : Ŷ = a + b2 X2 Berdasarkan perhitungan analisis regresi, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = 3.041 + 0.630 X2 (lihat lampiran 4). Persamaan regresi sederhana tersebut menyatakan bahwa nilai positif pada konstanta sebesar 3.041 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari daya ledak otot lengan (X2), maka kemampuan tolak peluru (Y) adalah 3.041. Koefisien regresi sebesar 0.630 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor dari daya ledak otot lengan akan memberikan peningkatan skor kemampuan tolak peluru sebesar 0.630. 2) Uji t Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan kontirbusi antara kekuatan otot lengan dengan hasil tembakan bebas maka dilakukan uji t dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel pada taraf signifikan α = 0.05, jika nlai thitung > ttabel maka hipotesis diterima. Hasil pengujian dapat diketahui pada tabel di bawah ini : Tabel 10. Hasil Analisis Uji t Data Daya Ledak Otot Lengan dan Kemampuan Tolak Peluru Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.041 0.624 4.874 0.000 Daya Ledak Otot Tungkai 0.89 0.022 0.630 4.051 0.000 Dari table di atas diketahui nilai thitung = 4.051, sedangkan nilai ttabel dilihat dari table distribusi t pada tingkat signifikan α = 0.05 dan derajat kebebasanya (dk) = n – 2 (27 – 2 = 25), jadi nilai ttabel = 1.708 (lihat lampiran 6). Karena nilai thitung > ttabel atau 4.051 > 1.708 maka hipotesis diterima, artinya daya ledak otot lengan secara signifikan berhubugan dan memberikan kontribusi terhadap kemampuan tolak peluru. 3) Koefisien determinan (R2) Berikut ini adalah tabel yang menunjukan nilai dari R square : Tabel 11. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Data Daya Ledak Otot Lengan dan Kemampuan Tolak Peluru Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0.630 0.396 0.372 0.74781 a Predictors: (Constant), Daya Ledak Otot Tungkai Untuk mengetahui besarnya kontribusi antara variabel X1 terhadap Y dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi yang dikuadratkan (R2). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien korelasinya adalah 0.630, setelah dikuadratkan menjadi 0.396, ini berarti nilai koefisien diterminannya adalah 0.396 x 100% = 39.66%, sedangkan sisanya sebesar 100% - 39.6% = 60.4%. Artinya bahwa daya ledak otot lengan sebagai variabel bebas dapat memberikan kontribusi sebesar 40.6% pada variabel terikat yaitu kemampuan tolak peluru. Sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar variabel bebas. c. Secara Bersama Daya Ledak Otot Tungkai (X1) dan Daya Ledak Otot Lengan (X2) Berkontribusi terhadap Kemampuan Tolak Peluru (Y) Pengelolaan dan analisis koefisien korelasi (rx1x2y) dilakukan terhadap daya ledak otot tungkai (X1) dan daya ledak otot lengan (X2) terhadap kemampuan tolak peluru (Y). Hasil perhitungan dengan koefisien korelasi model summary menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0.637 (lihat lampiran 4) sedangkan nilai rtabel dilihat dari tabel distribusi r pada tingkat signifikansi α = 0.05 dan derajat kebebasannya (dk) = n – 2 (27 – 2 = 25), jadi rtabel = 0.381 (lihat lampiran 5). Keputusannya adalah karena nilai rhitung > rtabel atau 0.637 > 0.381, maka daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan memiliki hubungan dan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan tolak peluru. Lebih rincinya dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Persamaan Regresi Adapun persamaan regresi ganda secara umum adalah sebagai berikut : Ŷ = a + b1 X1 + b2 X2 Berdasarkan perhitungan analisis regresi, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = 3.395 + (- 0.223 X1) + 0.829 X2 (lihat Lampiran 4). Persamaan regresi ganda tersebut menyatakan bahwa nilai positif pada konstanta sebesar 3.395 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari daya ledak otot lengan (X2), maka kemampuan tolak peluru (Y) adalah 3.395. Koefisien regresi sebesar - 0.223 untuk daya ledak otot tungkai dan + 0.829 menyatakan bahwa setiap penurunan (karena tanda -) satu skor dari daya ledak otot tungkai akan memberikan penurunan skor kemampuan tolak peluru sebesar 0.223. sebaliknya setiap penambahan (karena tanda +) satu sekor dari daya ledak otot lengan akan memberikan peikatan skor kemampuan tolak peluru sebesar 0.829. 2) Uji F Untuk mengetahui secara bersama hubungan dan kontribusi kekuatan otot tungkai dan lengan terhadap kemampuan tolah peluru dilakukan uji F. Tabel 12. Hasil Analisis Uji F Data Daya Ledak Otot Tungkai, Daya Ledak Otot Lengan Berkontribusi dan Kemampuan Tolak Peluru Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 9.406 2 4.703 8.207 0.002(a) Residual - 0.013 24 0.573 Total 0.118 26 a Predictors: (Constant), Daya Ledak Otot Lengan, Daya Ledak Otot Tungkai Berdasarkan hasil perhitungan diketahui nilai Fhitung = 8.207. Sedangkan nilai Ftabel dilihat dari tabel distribusi F pada tingkat signifikansi α = 0.05 dengan menggunakan k = 2 sebagai dk pembilang dan n – k – 1 (27 – 2 – 1 =24) sebagai dk penyebut, maka pada tabel distribusi F, nilai Ftabel = 3.403 (lihat lampiran 7). Keputusannya adalah karena nilai Fhitung > Ftabel atau 8.270 > 3.403, maka hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara variable daya ledak tungkai dan daya ledak otot lengan secara bersama terhadap kemampuan tolak peluru. 3) Koefisien determinan (R2) Berikut ini adalah tabel yang menunjukan nilai dari R square (R2) : Tabel 13. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Data Daya Ledak Otot Tungkai, Daya Ledak Otot Lengan dan Kemampuan Tolak Peluru Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0.637(a) 0.406 0.357 0.75700 a Predictors: (Constant), Daya Ledak Otot Lengan, Daya Ledak Otot Tungkai Untuk mengetahui besarnya kontribusi secara bersama antara variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi yang dikuadratkan (R2). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien korelasinya adalah 0.637, setelah dikuadratkan menjadi 0.406, ini berarti nilai koefisien diterminannya adalah 0.406 x 100% = 40.6%, sedangkan sisanya sebesar 100% - 40.6% = 59.4%. Artinya bahwa daya ledak tungkai dan daya ledak otot lengan secara bersama sebagai variabel bebas dapat memberikan kontribusi sebesar 40.6% pada variabel terikat yaitu hasil tembakan bebas. Sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar variabel bebas. B. Pembahasan 1. Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai (X1) terhadap Kemampuan Tolak Peluru (Y) Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk mengatasi beban dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Elemen ini merupakan produk dari kemampuan kekuatan dan kecepatan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam berolahraga yang memiliki unsur tolak, lompat/loncat, sprint dan tendangan. Otot-otot tungkai yang memiliki daya ledak yang kuat akan membuktikan bahwa untuk olahraga atletik cabang tolak peluru sangat dibutuhkan, karena saat melakukan awalan dan tolakan memerlukan daya ledak otot tungkai yang baik untik dikoordinasikan kelengan sebagai penentu hasil tolakan peluru. Dari hasil analisis menujukan bahwa daya ledak otot tungkai (X1) memiliki hubungan serta memberikan kontribusi yang signifikan yang berarti terhadap kemampuan tolak peluru (Y), karena koefisien korelasi (rx1y) data penelitian menujukan nilai rhitung (0.520) > rtabel (0.381). Hal ini menujukan hubungan yang signifikan dan searah antara daya ledak otot tungkai dan kemampuan tolak peluru. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima. Sedang nilai determinas hasil analisis data (r2) sebesar 0.270 atau 27.0%. Artinya daya ledak otot tungkai sebagai variabel bebas dapat memberikan kontribusi sebesar 27.0% pada variabel terikat yaitu kemampuan tolak peluru. Sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar variabel bebas. Hasil penelitian tersebut jelas adanya hubungan dan kontribusi daya ledak otot tungkai dalam olah raga tolak peluru. Kontribusi yang diberikan daya ledak otot tungkai pada kemampuan tolak peluru terjadi pada saat fase utama pada tolak peluru dimana saat seluruh badan menghadap kearah tolakan maka bersaman dengan itu dengan bantuan penolakan kaki kanan dan melonjaknya kiki kanan maka seluruh badan akan melonjak ke atas dengan posisi serong ke depan. Penolakan dari kaki tersebutlah yang merupakan kontribusi dari daya ledak otot tungkai yang secara bersamaan memberikan tambahan daya ledak otot lengan untuk melakukan tolakan yang maksimal. Yang perlu diperhatikan pada saat memanfaatkan daya ledak otot tungkai pada saat melakukan tolak peluru tersebut menurut Mark Moth dalam Syafruddin (1999:48) antara lain adalah : “1) kekuatan otot, 2) kecepatan kontraksi yang terkait, 3) serabut otot lambat dan cepat, 4) besarnya beban yang kita gerakkan, 5) panjang otot waktu otot berkontraksi, dan 6) sudut sendi”. Karena kontribusi daya ledak otot tungkai sangat menentukan pada olahraga tolak peluru, maka diharapkan kepada atlet dan pelatih agar dapat meningkatkan kemampuan daya ledak otot tungkai melaluin program yang lebih terencana dan latihan kondisi fisik yang lebih intesif. Salah satu metoda latihan kondisi fisik khususnya untuk daya ledak menurut Suharno dalam Arsil (1979:35) yang dapat dilakukan adalah antara lain dengan latihan sirkuit, latihan beban, latihan interval dan sebagainya. 2. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan (X2) terhadap Kemampuan Tolak Peluru (Y) Daya ledak otot lengan adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban atau tahanan dengan kecepatan kontraksi yang sangat tinggi. Otot lengan yang memiliki daya ledak yang kuat akan membuktikan bahwa untuk melakukan tolakan pada tolah peluru sangat membutuhkan elemen ini. Daya ledak otot lengan dalam tolak peluru dibutukkan untuk melakukan penolak pada peluru sejauh mungkin dari pergelangan dan jari tangan sehingga hasilnya maksimal dan kemungkinan peluru melasat jauh lebih besar. Dari hasil analisis menujukan bahwa daya ledak otot lengan (X2) memiliki hubungan serta memberikan kontribusi yang signifikan yang berarti terhadap kemampuan tolak peluru (Y), karena koefisien korelasi (rx2y) data penelitian menujukan nilai rhitung (0.630) > rtabel (0.381). Hal ini menujukan hubungan yang signifikan dan searah antara daya ledak otot lengan dan kemampuan tolak peluru. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima. Sedang nilai determinasi hasil analisis data (r2) sebesar 0.396 atau 39.6%. Artinya daya ledak otot lengan sebagai variabel bebas dapat memberikan kontribusi sebesar 39.6% pada variabel terikat yaitu kemampuan tolak peluru. Sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar variabel bebas. Kontribusi daya ledak otot lengan pada kemampuan tolak peluru dari hasil penelitian dapat diartikan bahwa semakin besar daya ledak otot lengan yang dihasilkan maka semakin baik pula kemampuan tolak peluru dalam hal ini adalah melesat jauhya peluru yang ditolak. Hal ini diperkuat dengan pendapat Annarino daam arsil (2000:68) yang mengemukakan bahwa “daya ledak berhubungan dengan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dinamik dan explosive serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot maksimal dalam durasi waktu pendek”. Pendapat lain dikemukan oleh Jansen dalam Arsil (2000:68) “Power otot yaitu kemampuan untuk menerapkan tenaga dalam waktu yang sangat singkat”. Untuk memberikan momentum yang paling baik pada tubuh atau objek maka tenaga otot yang kuat harus diterapkan dalam waktu yang sangat singkat. Suatu tolakan memerlukan daya otot lengan (khususnya triseps). Triceps brachii melekat dibelakang dorsal lengan atas. Fungsi dari otot triseps adalah untuk ekstensi lengan. Tolak peluru sendiri memerlukan gerak ekstensi hasil kerja dari otot triceps brachii.Semakin kuat dan cepat triceps brachii berkontraksi maka makin besar pula daya ekstensi yang akan ditimbulkan sehingga menghasilkan tolakan yang lebih jauh. Jadi apabila daya otot lengan dalam melakukan penolakan peluru dengan cepat dan dalam waktu yang singakat serta dilakukan dengan akurat maka kemungkinan peluru melesat jauh akan lebih besar. 3. Secara Bersama Daya Ledak Otot Tungkai (X1) dan Daya Ledak Otot Lengan (X2) Berkontribusi terhadap Kemampuan Tolak Peluru (Y) Hasil tolak peluru maksimal menujukkan kemampuan atlet untuk menolak peluru sejauh mungkin. Tolak peluru merupakan olahraga yang membutuhkan kecepatan dalam melakukan awalan agar mendapatkan tolakan yang optimal semua itu dapat dilihat pada saat kita melakukan tolak peluru dengan gerak meluncur mula-mula peluru di pegang pada salah satu tangan dan peluru di letakkan di pangkal jari, itu berguna untuk menjaga agar peluru tetap stabil kemudian di letakkan pada leher di bawah dagu dan bersiap untuk meluncur dengan sikap salah satu kaki terkuat di depan kemudian bergeser ke belakang atau ke samping tergantung teknik yang kita gunakan kemudian masuk kepada power position (posisi yang kuat untuk menolak) dan putar badan ke arah tolakan sambil menolak peluru sekuat mungkin dan dilanjutkan dengan gerakkan (follow through) untuk menjaga keseimbangan badan. Pada power position dibutuhkan daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan yang maksimal untuk menghasilka tolakan yang kuat. Dari hasil analisis menujukan bahwa daya ledak otot tungkai (X1) secara bersama dengan daya ledak otot lengan (X2) memiliki hubungan serta memberikan kontribusi yang signifikan yang berarti terhadap kemampuan tolak peluru (Y), karena koefisien korelasi (rx12y) data penelitian menujukan nilai rhitung (0.637) > rtabel (0.381). Hal ini menujukan hubungan yang signifika dan searah secara bersama atara daya ledak otot lengan, daya ledak otot lenga dan kemampuan tolak peluru. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima. Sedang nilai determinasi hasil analisis data (r2) sebesar 0.406 atau 40.6%. Artinya daya ledak otot tungkai dan daya ledak otot lengan sebagai variabel bebas dapat memberikan kontribusi sebesar 40.6% pada variable terikat yaitu kemampuan tolak peluru. Sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain di luar variabel bebas. Hubungan di atas dapat diartian bahwa daya ledak otot tungkai dan lengan mempunyai kontrbusi yang erat terhadap kemampuan tolak peluru, karena dalam melakukan tolak peluru dibutuhkan daya ledak otot tungkai untuk menolak kaki kanan dan lonjakan badan ke atas dengan posisi serong ke depan secara serempak dengan kuat sehingga menghasilkan ledakan yang kemudian diteruskan kelengan untuk menghasilkan daya letak otot lengan yang optimal secara cepat dari pergelangan tangan dan jari tangan untuk melakukan tolakan peluru. Jadi dapat disimpulkan bahwa daya ledak otot tungkai dan lengan sangat diperlukan dan merupakan elemen penting terhadap kemampuan tolak peluru. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Daya ledak otot tungkai dari 27 orang siswa SMAN 1 Ujung Batu, capaian frekuensi terbayak terdapat pada kelas interval 75.85 – 86.35 yaitu dengan jumlah mahasiswa sebanyak 9 orang atau sebesar 33.33%. 2. Daya ledak otot lengan dari 27 orang siswa SMAN 1 Ujung Batu, capaian frekuensi terbayak terdapat pada kelas interval 35.54 – 40.52 yaitu dengan jumlah mahasiswa sebanyak 10 orang atau sebesar 37.04%. 3. Kemampuan tolak peluru dari 27 orang siswa SMAN 1 Ujung Batu, capaian frekuensi terbayak terdapat pada kelas interval 5.20 – 5.79 yaitu dengan jumlah mahasiswa sebanyak 8 orang atau sebesar 29.63%. 4. Daya ledak otot tungkai memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. Koefisien korelasi (rx1y) data penelitian menujukan nilai rhitung (0.520) > rtabel (0.381). Kontribusi yan diberikan daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tolak peluru adalah sebesar 27.0%. 5. Daya ledak otot lengan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. Koefisien korelasi (rx2y) data penelitian menujukan nilai rhitung (0.630) > rtabel (0.381). Kontribusi yang diberikan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan tolak peluru adalah sebesar 37.2%. 6. Daya ledak otot tungkai secara bersama dengan daya ledak otot lengan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kemampuan tolak peluru siswa SMAN 1 Ujung Batu. Koefisien korelasi (rx1x2y) data penelitian menujukan nilai rhitung (0.630) > rtabel (0.381). Secara bersama antara daya ledak otot lengan dan daya ledak otot lengan memberikan kontribusi terhadap kemampuan tolak peluru adalah sebesar 40.6%. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat mengemukakan bebarapa saran sebagai berikut : 1. Guru agar selalu memberikan dan menumbuh kembangkannya unsur kondisi fisik berupa daya ledak dengan program yang matang. Karena keberhasilan tolak peluru berkaitan erat dengan unsur kondisi fisik terutama sekali daya ledak. Daya ledak sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan seorang melakukan tolakan. Oleh sebab itu harus 2. Siswa SMAN 1 Ujung Batu hendaknya lebih meningkatkan kondisi fisik terutama terhadap daya ledak otot tungkai dan lengan dengan tekun dan terus berupaya berlatih. 3. Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan berbagai variabel lain yang belum diteliti sehingga seluruh faktor yang mempengaruhi hasil kemampuan tolak peluru dapat diketahui dengan jelas, karena pada penelitian ini dapat kita lihat bahwa daya ledak otot tungkai dan lengan terhadap kemapuan tolak peluru memiliki hubungan dan kontribusi yang signifikan. DAFTAR PUSTAKA Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara. Arsil. 2000. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang: FIK UNP. ____. 2010. Evaluasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Padang : Wineka Media. Fox El, Bowers RW, Foss ML. 1993, The Physiologycal Basis For Exercise and Sport. Wisconsin : WCB Brown & Benchmark Harsono. 1998. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta. Depdikbud P2PLTK. PB PASI. 2002. Peraturan/ketentuan Perlombaan Atletik 2002-2003. Jakarta : PB PASI Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta. Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize Sudjana, 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabet. Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat Edsis II. Jakarta : Kedokteran EGC. Syafruddin. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga. Padang : FIK UNP UURI. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Winarno. 2006. Tes Keterampilan Olahraga. UNIMA Malang.

0 comments:

Post a Comment