.post img:hover { -moz-trnasform: scale(1.3) ; -webkit-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3) ; -ms-transform: scale(1.2) ; transform: scale(1.3) ;}

Bagaimana pengetahuan siswa tentang reproduksi remaja

10:00 |

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. (Arif Gunawan, S.Psi. 2011). Sementara itu dari hasil beberapa survei dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh : 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan dengan remaja putri (42,3%) (LDUI & BKKBN, 1999) dari survei yang sama juga terungkap bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular infeksi menular seksual (IMS) bila memiliki pasangan lebih dari satu 51% mengira bahwa mereka akan berisiko tertular HIV hanya bila hanya berhubungan seks dengan pekerja seks komersial. Faktor lingkungan yang kondusif terhadap perilaku berisiko pada remaja adalah kondisi lingkungan yang permisif terhadap perilaku berisiko (ketersediaan fasilitas / sarana yang mendukung perilaku berisiko, ketiadaan penegakkan hukum terkait kesehatan) atau bahkan mendorong perilaku berisiko (melalui informasi yang salah, iklan). (Dep Kes RI 2008). Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan sempurna. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya pada pengembangan cara berpikir anak. Pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik. (Arif Gunawan, S.Psi. 2011) Berdasarkan pantauan penulis, area SMAN 2 Ujungbatu yang lingkungannya bernuansa pedesaan tetapi berdekatan dengan tempat-tempat hiburan dan lokalisasi. Banyak siswa yang berkeliaran dan bolos pada jam-jam belajar dan saat setelah pulang sekolah. Mencermati keadaan ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana pengetahuan mereka tentang “Kesehatan Reproduksi” di SMAN 2 Ujungbatu, dan mengangkat judul penelitian “Tinjauan pengetahuan siswa kelas III tentang reproduksi remaja di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu”.   Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu tahun 2010, diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1.1 Rekapitulasi laporan ibu hamil resti <20 tahun tahun 2010 No Puskesmas Ibu hamil <20 tahun Jumlah ibu hamil Persentase 1 Rambah 51 1046 4,9 2 Rambah Hilir 1 41 527 7,7 3 Rambah Hilir 2 27 425 6,3 4 Rambah Samo I 32 483 6,6 5 Rambah Samo II 19 276 6,8 6 Kepenuhan 28 551 5,1 7 Kepenuhan Hulu 17 383 4,4 8 Tambusai 57 1246 5,4 9 Tambusai Utara 43 1503 2,8 10 Rokan 36 609 5,9 11 Kunto 63 928 6,7 12 Ujungbatu 66 1012 6,5 13 Tandun I 21 445 4,7 14 Tandun II 12 285 4,2 15 Bangun Purba 31 950 6,8 16 Bonai 11 302 3,6 17 Kabun 17 559 3,1 18 Pagaran Tapah 26 508 7,1 19 Pendalian 12 275 5,1 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu tahun 2010 Tabel 1.2 Rekapitulasi laporan ibu hamil resti <20 tahun Desa Ujungbatu tahun 2010 No Desa Ibu hamil <20 tahun Jumlah ibu hamil Persentase 1 Ujungbatu 12 436 2,7 2 Ujungbatu Timur 17 126 13,4 3 Ngaso 8 132 6,1 4 Suka Damai 6 121 4,9 5 Pematang Tebih 24 197 12,2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan suatu masalah yaitu “Bagaimana pengetahuan siswa tentang reproduksi remaja di SMA Negeri 2 Ujungbatu Kelas III? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran mengenai tinjauan pengetahuan siswa tentang reproduksi remaja. Manfaat Penelitian Bagi Institusi Pendidikan. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan, masukkan dan perbandingan bagi Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam penelitian di masa mendatang Bagi institusi Pendidikan SMA Negeri 2 Ujungbatu Dapat memberikan pengetahuan dan gambaran tentang reproduksi remaja sebagai pertimbangan dalam melaksanakan pembinaan. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengalaman yang nyata bagi penulis tentang kehidupan remaja dan masalah-masalah yang dihadapi mereka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan idrawi (Nursalam, 2003). Fakor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoadtmodjo (2003) ; Pengalaman Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu. Pendidikan Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimlilki. Sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang akan diperkenalkan. Kepercayaan Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pemyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dan orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulangkali mendapat informasi yang sama. Sumber pengetahuan Sumber pengetahuan bisa berasal dari : Media cetak: Koran, majalah, jumal dan selebaran Media Eektronik: Televisi, radio, Internet dan sebagainya Spanduk: Umbul-umbul dan sebagainya. Tingkatan pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. OIeh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menyatakan, mendefenisikan dan sebagainya. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan objek yang dipelajari. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lainnya. Analisa (Analisya) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengisi kuesioner atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003). Selama masa remaja orang-orang muda ini mengembangkan identitas orang dewasa, mereka bergerak kearah fisik dan kedewasaan psikologis dan mandiri secara ekonomis. Walaupun masa remaja secara umum adalah suatu periode yang sehat dalam kehidupan, banyak anak remaja sering kurang mendapatkan penerangan dan pengetahuan tentang bahaya hamil di usia muda. Oleh karena itu, kondisi ini mungkin akan meningkatkan resiko terjadinya kehamilan di usia muda (Suryati, S.St. 2009). Remaja Pengertian Remaja Menurut Undang-undang Kesejahteraan Anak (UU. No. 4/1979), semua orang usia dibawah 21 tahun dan belum menikah disebutkan sebagai anak-anak. Oleh karena itu berhak mendapat perlakukan kemudahan-kemudahan yang memperuntukkan bagi anak (misalnya pendidikan, perlindungan dari orang tua). Dalam Undang-undang Perkawinan (UU. No. 1/1974 Pasal 7), mengenal konsep remaja walaupun tidak secara terbuka. Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut Undang-undang tersebut adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria. Jelas bahwa undang-undang tersebut menganggap orang diatas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehingga mereka boleh menikah. Batas usia ini dimaksudkan untuk mencegah perkawinan anak-anak. Walaupun begitu, selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua untuk menikahkan orang tersebut. (Suarta. S, 2007) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat/ tradisi), belum dapat memberikan pendapat sendiri. Dengan kata lain, orang-orang yang sampai atas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologi, masih dapat digolongkan remaja. Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia, terutama dari kalangan masyarakat kelas menengah ke atas yang mempersyaratkan berbagai hal (terutama pendidikan yang setinggi-tingginya). Untuk mencapai kedewasaan. Dalam kenyataannya, cukup banyak orang yang mencapai kedewasaannya sebelum usia tersebut. (Suarta. S 2007). Perubahan Yang Terjadi Pada Remaja Baik Fisik Maupun Psikologis Perubahan Fisik Pada Remaja Putri Buah dada mengembang, Puting susu menonjol, Pinggul melebar, Rambut tumbuh di tempat-tempat tertentu (ketiak dan alat kelamin), Rambut tumbuh lebih banyak di lengan dan tungkai, Bentuk tubuh menjadi lebih bulat karena lemak mulai menumpuk, Alat kelamin warnanya menjadi lebih gelap dan lebih berotot, Keluar cairan dan vagina terutama bila terangsang gairah seksual, Mulai terjadinya menstruasi, Sel telur mulai keluar dari indung telur. Pada Remaja Putra Badan dan dada bertambah besar, Tubuh menjadi lebih berotot, Suara menjadi lebih besar dan dalam, Penis dan testis menjadi lebih besar dan berwarna lebih gelap, Sperma mulai diproduksi, Rambut- tumbuh di tempat-tempat tertentu (ketiak dan alat kelamin), Rambut tumbuh lebih banyak di lengan, tungkai dan dada, Dalam mimpi basah atau pada saat melakukan masturbasi dapat terjadi ejakulasi. (Suryati, S.ST, 2009) Perubahan Psikologis Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan yaitu suatu masa saat terjadinya ketegangan emosi yang meninggi akibat perubahan psikologis. Tidak semua remaja mengalami masa sulit ini, namun kenyataan dan mereka memang mengalami ketidakstabilan emosi sebagai konsekuensi dan usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku yang baru. Meskipun emosi remaja mengalami fluktasi yang kuat tapi dan tahun ke tahun akan mengalami perbaikan. Pola emosi remaja lebih banyak mendekati pola emosi anak-anak, perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan cara menggerutu, tidak mau bicara dan tidak terima bila dikritik. Terkadang juga banyak remaja yang iri terhadap teman sebayanya yang memiliki sesuatu yang lebih darinya. Tidak sedikit remaja yang suka bekerja sambilan untuk mendapatkan tambahan uang saku agar dapat membeli barang yang diinginkannya. Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosional bila pada akhir masa remaja tidak lagi meledakkan emosinya dihadapan orang lain, melainkan menunggu tempat dan saat yang tepat untuk menempatkan emosinya dengan cara yang lebih baik. (Sahaja 2006) Reproduksi Remaja Pengertian Reproduksi Remaja Kita mengetahui bahwa reproduksi adalah salah satu fungsi manusia yang sangat penting, karena dengan fungsi itu manusia dapat mempertahankan diri dan kepunahan. Konsep reproduksi mengandung makna bahwa manusia seharusnya memiliki kemampuan melaksanakan kehidupan seksual yang aman, memuaskan, bertanggungjawab, serta mampu dan bebas untuk memutuskan kapan dan sejauh mana mereka bereproduksi. (Suryati, SST. 2009) Pada dasarnya reproduksi remaja merupakan unsur instrinsik dan sangat esensial dalam kesehatan. Reproduksi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat kembali. Dalam kaitannya dengan reproduksi diartikan sebagai kemampuan seseorang rnemperoleh keturunan, sehingga kesehatan reproduksi berkaitan erat dengan masalah seksual. Dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangünan Kairo, 1994 pasal VII menyatakan bahwa kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya. (Suryati, SST. 2009) Anatomi Fisiologis Reproduksi. Anatomi Fisiologis Reproduksi Wanita. Alat reproduksi bagian luar Terdiri dari mons veneris, bibir besar (labia mayora), bibir kecil (labia minora), Klitoris, Vestibulum, Kelenjar Bartholini, Himen (selaput dara). Alat reproduksi bagian dalam Terdiri dari Vagina, uterus, tuba fallopii, ovarium, dan parametrium. (Manuaba, 1998)   Anatomi Fisiologis Reproduksi Pria Terdiri dari korpus spongiosum, uretra, skrotum, testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat. (Manuaba, 1998) Masalah pada Reproduksi Remaja Kehamilan Pra Nikah Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan, bahkan kematian. Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya. Salah satu resiko sosial adalah berhenti / pitus sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi / anak membutuhkan biaya besar.(Suryati Romauli, S.ST, 2009) Aborsi Kasus aborsi remaja di Indonesia ternyata sangat mencengangkan. Angkanya melaju sangat cepat bahkan melebihi jumlah aborsi di Negara-negara maju sekalipun. Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30% diantaranya dilakukan oleh para remaja. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga 20.000 kasus setahun, kata Luh Putu Ikha Widani dari kita sayang remaja (Kisara) Bali. Ia mengatakan, survei di Indoensia menujukkan, KTD mencapai 37.000 kasus, 27% di antaranya terjadi dalam lingkungan pranika dan 12,5% adalah pelajar. KTD di kalangan remaja sehingga sekarang masih menjadi dilema yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Banyak kalangan yang pada akhirnya memokokkan remaja sebagai pelaku tunggal. Jika dicermati lebih jauh, munculnya KTD dikalangan remaja adalah akumulasi dari serangkaian ketidakberpihakan berbagai kalangan terhadap remaja,” ujar Ikha Widani. Hambatan tersebut antara lain menyangkut upaya memberikan informasi kesehatan reproduksi yang cukup dan mendalam, serta semakin banyaknya remaja yang terjebak oleh mitos dibanding dengan fakta. Untuk itu, langkah awal perlunya upaya meningkatkan akses remaja terhadap informasi yang benar dengan merangkul berbagai kalangan, termasuk media massa. (Arif Gunawan, S.Psi. 2011) Penyakit Menular Seksual Menurut Dr. Boyke Dan Nugraha, jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, resiko terkena penyakit menular seksual bisa mencapai empat hingga lima kali lipat. Selain itu, seks pranikah akan meningkat kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV / AIDS. Anrolog Anita Gunawan mengatakan, kasus GO paling banyak terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal itu justru semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut. Anita menggolongkan penyakit GO tersebut ke dalam subklinis, kronis dan akut. Subklinis dan kronis, kata anita, tidak menimbulkan gejala serta keluhan pada penderita. Sedangkan GO akut akan menampakkan gejala, seperti sulit buang air kecil atau sakit pada ujung kemaluan. Pada pria biasanya menampakkan gejala. Berbeda dengan wanita, seringkali tidak menampakkan gejala yang jelas. Paling-paling hanya timbul keputihan atau anyang-anyang. (BKKBN, 2005) Pemeliharaan Reproduksi Remaja Peran Orang tua Menampakkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita, membekali anak dengan dasar moral dan agama, mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orang tua – anak, menjalin kerjasama yang baik dengan guru, menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat. Peran Sekolah Bersahabat dengan siswa, menciptakan kondisi sekolah yang nyaman, memberikan keleluasan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakulikuler, menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga, meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP, meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas, meningkatkan kerjasama dengan orang tua, sesama guru dan sekolah lain, meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat, mewaspadai adanya provokator, mengadakan kompetensi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah, menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalam hal fisik, mental, spiritual dan sosial. Peran Pemerintah dan masyarakat Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti, menyediakan sarana-prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain, menegakkan hukum, sanksi dan disiplin yang tegas, memberikan keteladanan, lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan. (Soetjiningsi, 2004) Seks Pada Remaja Kesehatan reproduksi dalam arti luas meliputi seluruh proses, fungsi dan sistem reproduksi pada seluruh tahapan kehidupan manusia. Secara lebih khusus studi kesehatan reproduksi mempelajari cara seseorang dapat berbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang disebabkan oleh proses atau bekerjanya fungsi dan sistem reproduksi. Pada usia produktif manusia secara naluriah mempunyai dorongan seksual (sexual drives), kemudian muncul hasrat mencari pasangan yang selanjutnya melakukan aktivitas seksual (sexual acts) yang mengakibatkan kehamilan dan melahirkan. Bila dorongan seksual membuat individu potensial untuk melakukan hubungan seksual, maka kesuburan menentukan individu mempunyai kemampuan mendapatkan anak atau tidak. Seksualitas dan reproduksi remaja didefinisikan sebagai sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV dan AIDS, serta semua bentuk kekerasaan dan pemaksaan seksual. Menurut Radjah 2001, yang dimaksud dengan pengertian perilaku kesehatan reproduksi dalam istilah pendidikan kesehatan reproduksi adalah perilaku seks istilah perilaku seksual meliputi perilaku yang memperlihatkan sifat-sifat yang menujukkan perbedaan antara wanita dan pria, atau jantan dan betina. Seks diartikan sebagai sifat-sifat anatomis, fisiologis dan perilaku organisme yang berkaitan dengan proses reproduksi seksual. Pengertian seksual yang sering digunakan dalam diskusi kesehatan reproduksi adalah pengertian yang biologis sentris yaitu hubungan alat, alat seksual, sehingga pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi mengarah pada lima macam perilaku seksual, yaitu bersentuhan (tauching), berciuman (kissing), deep kissing, petting dan hubungan kelamin. Pada saat sesama orang tua saling memperdebatkan penting tidaknya membicarakan masalah seks pada anak-anaknya, sudah banyak permasalahan yang dibahas di media cetak, elektronik dan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan masalah seks ini. Mislanya, gencarnya kampanye penggunaan kondom atau maraknya iklan-iklan yang menyajikkan berbagai obat atau ramuan yang berkasiat membina hubungan seksual suami istri. Bahkan sekarang ini telah banyak dijumpai klinik yang dapat memantu mengatasi gangguan seksual seseorang ataupun seminar-seminar yang diadakan untuk membahas masalah seksual bagi kaum remaja, dari masalah virginitas, pengalaman mimpi basah, hingga penyakit kelamin. Dengan melihat begitu besar perhatian seseorang terhadap kebutuhan seksualnya, berarti masyarakat kita sudah mulai sadar pentingnya arti mendapatkan pengetahuan seks secara kelas dan terbuka. Jadi, sebetulnya pendidikan seks ini terbatas jangkauannya dari usia anak-anak, remaja, sampai orang tua. Disini dapat dilihat, betapa pentingnya peran orang tua menyikapi persoalan-persoalan yang ada dengan lebih terbuka. (Suarta, 2007) Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah   BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk mendapatkan Gambaran Pengetahuan Siswa SMAN 2 Ujungbatu Tentang Reproduksi Remaja Tahun 2011. Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011. Populasi Dan Sampel Populasi Populasi Penelitian adalah semua siswa Kelas III SMAN 2 Ujungbatu dengan jumlah 45 orang. Sampel Jumlah sampel diambil secara total sampling atau seluruh populasi diambil sebagai sampel sebanyak 45 orang.   Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu pengumpulan data langsung melalui repsonden yang diteliti menggunakan kuesioner. Jalannya Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat instrument berupa kuesioner yang berisi 20 pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan siswa Kelas III tentang Reproduksi Remaja. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel dan defenisi operasional berfungsi menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang ide, hal dan kata-kata digunakan agar orang memahami maksud sesuai dengan keinginan penelitian (Notoatmodjo, 2003). Tabel 3.1 Defenisi Operasional Defenisi Operasional dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Variabel Defenisi Operasion Parameter Alat Skala Skor 1 Pengetahuan murid Kelas III SMA tentang reproduksi remaja Segala sesuatu yang diketahui responden tentang reproduksi remaja Wawancara Kuisioner Ordinal Baik (76-100%) Cukup (56-75%) Kurang (< 56%) Metode Analisis Metode analisis data dilakukan secara univariat yaitu dengan melihat hasil perhitungan frekwensi dan persentase hasil dari penelitian yang nantinya dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pembahasan dan kesimpulan. Untuk menentukan persentase dapat menggunakan rumus sebagai berikut : P=f/n x 100% Keterangan : P = Persentase f = Frekwensi yang sesuai dengan kriteria karakteristik n = Jumlah seluruh sampel Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dengan beberapa tahapan yaitu : Editing Kegiatan ini berguna untuk mengecek setiap pertanyaan yang berisi tentang kelengkapan pengisian, konsisten antara daftar pertanyaan dengan jawaban, kejelasan makna jawaban, relevan jawaban.   Coding Pada tahap ini dilakukan dengan cara pemberian angka pada jawaban dengan maksud untuk memudahkan pengolahan data. Pengkodean dilakukan oleh peneliti sendiri dengan seteliti mungkin guna menghindari kesalahan. Entry Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data kedalam computer. Cleaning Mengecek kembali apakah ada kesalahan data, sehingga data benar-benar siap untuk dianalisis.   BAB IV HASIL PENELITIAN Pengetahuan Siswa Pengertian Reproduksi Remaja Tabel. 1 Distribusi Pengetahuan Siswa SMAN 2 Ujungbatu - Rokan Hulu Tentang Pengertian Reproduksi Remaja Tahun 2011 No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1 Baik 28 62.23 2 Tidak baik 17 37.77 Jumlah 45 100 Dari tabel. 1 diatas, terlihat bahwa pengetahuan siswa tentang pengertian reproduksi Remaja 62.23% adalah baik dan 37.77 adalah tidak baik. Pengetahuan Siswa Anatomi Reproduksi Remaja Tabel. 2 Distribusi Pengetahuan Siswa SMAN 2 Ujungbatu - Rokan Hulu Tentang Pengertian Anatomi Reproduksi Remaja Tahun 2011 No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1 Baik 4 8,88 2 Cukup 28 62,22 3 Rendah 13 28,88 Jumlah 45 100 Dari tabel. 2 diatas terlihat bahwa pengetahuan tentang Anatomi Reproduksi Remaja 8.88% adalah baik, 62.22% adalah cukup dan 28.88% adalah rendah. Pengetahuan Siswa Tentang Seksualitas Pada Remaja Tabel. 1 Distribusi Pengetahuan Siswa SMAN 2 Ujungbatu - Rokan Hulu Tentang Pengertian Seksualitas Pada Remaja Tahun 2011 No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1 Baik 30 66,67 2 Cukup 10 22,22 3 Rendah 5 11,11 Jumlah 45 100 Dari tabel. 3 diatas terlihat bahwa pengetahuan tentang Seksualitas pada Remaja 66.67% adalah baik, 22.22% adalah cukup dan 11.11% adalah rendah.   Pengetahuan Siswa Terhadap Masalah Reproduksi Remaja Tabel. 1 Distribusi Pengetahuan Siswa SMAN 2 Ujungbatu - Rokan Hulu Tentang Pengertian Reproduksi Remaja Tahun 2011 No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1 Baik 6 13,33 2 Cukup 12 26,66 3 Rendah 27 60,00 Jumlah 45 100 Dari tabel. 4 diatas terlihat bahwa pengetahuan tentang Reproduksi Remaja 13.33% adalah baik, 26.66% adalah cukup dan 60.00% adalah rendah. Pengetahuan Siswa Tentang Pemeliharaan Reproduksi Remaja Tabel. 1 Distribusi Pengetahuan Siswa SMAN 2 Ujungbatu - Rokan Hulu Tentang Pengertian Pemeliharaan Reproduksi Remaja Tahun 2011 No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1 Baik 18 40,00 2 Cukup 15 33,33 3 Rendah 12 26,67 Jumlah 45 100 Dari tabel. 5 diatas terlihat bahwa pengetahuan tentang Pemeliharaan Reproduksi Remaja 40.00% adalah baik, 33.33% adalah cukup dan 26.67% adalah rendah. BAB V PEMBAHASAN Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Tentang Pengertian Reproduksi Remaja Tahun 2011. Setelah mengetahui tinjauan pengetahuan umum siswa mayoritas adalah baik 62.23% siswa mengetahui pengertian reproduksi remaja, ini terbukti dan rasa ingin tahu dan minat yang cukup tinggi terhadap informasi yang besar dan jelas dan pengertian reproduksi remaja, hal ini terbukti dan sikap antusias mereka dalam menanggapi setiap penjelasan dan penulis. Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Tentang Anatomi Ieproduksi Remaja Tahun 2011. Pengetahuan siswa tentang anatomi reproduksi remaja cuma 8.88 & yang baik, terlihat jelas disini bahwa siswa SMAN 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu baru sebahagian kecil yang mengerti tentang anatomi reproduksi remaja. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan kepada pihak sekolah, khususnya kepada Guru Biologi agar pelajaran ilmu tentang anatomi reproduksi lebih ditingkatkan lagi. Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Tentang Seksualitas Pada Remaja Tahun 2011. Pengetahuan siswa tentang seksualitas pada remaja 66.7% adalah baik, terlihat jelas bahwa siswa mayoritas mengerti tentang seksualitas remaja, ini terlihat bahwa siswa sering membaca buku-buku porno dan menonton VCD yang berbau Seks. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengatakan kepada pihak keluarga, dan masyarakat agar membatasi anaknya dirumah jangan membawa buku-buku porno atau menontonVCD porno. Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Tentang Masalah Reproduksi Remaja Tahun 2011. Setelah pengisian kuisioner tentang masalah reproduksi remaja ternyata 60% siswa belum mengerti tentang masalah-masalah yang ada pada reproduksi remaja. Masalah ini penulis mengharapkan mereka harus mengenal diri dan apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya yang merugikan. Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Tentang Pemeliharaan Reproduksi Remaja Tahun 2011.   Distribusi Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Tentang Pemeliharaan Reproduksi Remaja Tahun 2011. Terlihat bahwa pengetahuan siswa tentang pemeliharaan reproduksi remaja 33.33% cukup. Jelas terlihat oleh penulis siswa SMAN 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu mayoritas belum mengerti tentang pemeliharaan reproduksi remaja. Diharapkan kepada remaja agar lebih ditingkatkan lagi penjagaan diri dan pemeliharaan reproduksi remaja. Penulis mengharapkan Keluarga Menciptakan keluarga yang harmonis Meningkatkan ilmu religius dan tingkatkan kebudayaan kita dengan norma-norma yang telah ditentukan. Memupuk kesanggupan untuk menolong diri sendiri dalam mengatasi masalah. Membimbing untuk mampu menyelesaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Sekolah. Menciptakan suasana yang baik, agar tercipta suasana belajar dan mendorong kreativitas siswa yang positif Mengadakan kegiatan belajar dimintakan puskesmas untuk penambahan ilmu tentang reproduksi remaja. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian hasil tinjauan Pengetahuan Remaja melalui penyebaran kuesioner yang telah diisi oleh siswa kelas III SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu-Riau, maka penulis dapat menyimpulkan dan mencoba memberi saran-saran yang dapat dikemukakan disini adalah: Kesimpulan Tinjauan Pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu hanya 62.23% siswa yang mengerti tentang Pengertian Reproduksi Remaja. Tinjauan pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu hanya 8.88% siswa yang mengerti Anatomi Reproduksi Remaja. Tinjauan pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu Tentang Seksualitas Remaja 66.67% baik, sebagian besar siswa remaja sudah mengerti tentang seksualitas. Dikemukakan pengetahuan siswa tentang masalah reproduksi remaja 13.33% yang baik, maka jumlah siswa yang belum mengerti dengan masalah reproduksi 60% Secara umum pengertian pengetahuan tentang reproduksi remaja 40% sudah mengetahui. Saran UntukSiswa Sasaran penelitian dalam hal ini siswa SMA Negeri 2 Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu sebaiknya lebih aktif dalam mencari dan memperoleh informasi maupun pengetahuan tentang reproduksi rernaja. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa perlu kiranya kerjasama yang erat antara pihak guru, orang tua dan tenaga kesehatan serta pihak lain yang terkait dan dapat memiliki informasi dalam rangka akan pengetahuan siswa serta menciptakan genersi muda yang berpotensi dan memiliki intelektual yang tinggi serta jasmani yang sehat perlu diadakan program seperti ini Penyuluhan Kesehatan Perlombaan Karya Tulis yang bertemakan Remaja Sehat Perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan program dengan melakukan penelitian-penelitian memahami lebih lanjut mengenai reproduksi remaja. Sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan remaja yang spiritual yang juga akan menuju Riau Sehat 2011. Kepada tenaga kesehatan khususnya puskesmas diharapkan penyuluhan, disekolah terutama mengtahui produksi remaja   Untuk Institusi Sekolah: Menciptakan suasana yang baik agar tercipta suasana belajar dan mendorong kreativitas murid Mengadakan kegiatan yang bersifat ekstra kurikuIer seperti Palang Merah Remaja (PMR); Penyuluhan kesehatan dari Puskesmas; Perlombaan Karya Tulis yang bertemakan remaja sehat; Mengadakan tour sebagai darmawisata atau keperluan studi; Mengadakan kerjasama antara orang tua dan murid dengan pihak sekolah untuk membicarakan persoalan-persoalan yang menyangkut pendidikan (masalah anak didik). Untuk Keluarga: Keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup. Keluarga berfungsi sebagai: Memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan anak. Mendorong anak untuk mengembangkan bakat. Ciptakan suasana yang edukatif yaitu dengan membiasakan. Melatih hidup untuk arsipun diri sejak kecil tanpa paksaan dan kekerasan. Memperhatikan kebutuhan rekreasi bersama secara sederhana tanpa mengurangi keakraban. Agar tidak terjerumus dalam kesibukan atau rutinitas perlu dibuat jadwal untuk acara keluarga. Menanamkan nilai-nilai religus, misalnya ibadah keluarga setiap hari sebagai santapan rohani. Untuk Masyarakat Menciptakan suasana dalam lembaga permasyarakatan sehingga menjadi wadah pendidikan yaitu Mengadakan pengawasan terhadap perkumpulan pemuda dengan mengadakan peninjauan agar tidak bersifat anonym. Membimbing remaja yang bersifat membangun Mengadakan pengawasan terhadap peredaran buku-buku, majalah berbau porno dan VCD porno. Untuk Puskesmas Kepada tenaga kesehatan khususnya puskesmas, diharapkan penyuluhan, pendidikan tenaga Reproduksi Remaja di sekolah lebih ditingkatkan lagi, agar siswa lebih mengetahui tentang Reproduksi Remaja.   DAFTAR PUSTAKA BKKBN, 2005. “Isu Pokok Kesehatan Reproduksi Remaja”. http//bkkbn.co.id.diakses 24 Maret 2011. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya : http//www.lusaweb.ic/pubertas.diakses 21 april 2011 Suryat Romauli, SST. 2009. Kesehatan Reproduksi. Muha Medika. Yogyakarta. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. 2005. Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Dep Kes RI 2005 Arif Gunawan, S.Sps. 2011. Remaja dan Permasalahannya, Hanggar Kreator. Yogyakarta Manuaba. IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta Noto Atmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Suarta, S. 2007. “Pendidikan Seksual Dan Reproduksi Berbasis Sekolah”.http//kespro.info.diakses 21 April 2011. Sahaja. S. 2006 “Psikologis Remaja” http//www.blogspot.com.diakses 21 April 2011. Baseline Survei Lentera, 2006 “Problematika Remaja” http//pikesbkkbn.go.id. diakses 1 Mei 2011. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Dep Kes RI. 2005. Deteksi Dini, Pelaporan dam Rujukan Kasus Kekerasaan dan Penelantaran Anak Dinkes Rohul. 2010. Laporan Ibu Hamil Resti.

1 comments:

Karen said...

Lovely blog you havve

Post a Comment